Assalamu'alaikum Wr. Wb...
Libur lebaran. Selain berkunjung dan bersilaturrahmi dengan sanak famili, tetangga dan juga handai taulan, liburan atau mengunjungi obyek-obyek wisata pada hari Raya idul Fitri (lebaran) juga selalu menjadi tujuan seseorang untuk menikmati keindahan alam di saat hari libur bersama keluarga, teman, dan juga bersama komunitas.
Tak terkecuali saya.
"Heh!! Apa, loe? Loe kira gue nggak pernah liburan? (ambil pentungan). haha.. maaf, guyonan.
Eh'hemmm... Oke, lanjuuttt...
Ya, karena dulu aku tuh memang jarang sekali berlibur ke tempat-tempat wisata, bahkan bisa dibilang tidak pernah. Karena dulu aku orangnya 'Kuper' banget dan sangat 'Ndesit/Ndeso'. haha
Jadi ya wajar saja kalau ada yang bilang kalau aku nggak pernah berlibur. :-D
Namun setelah aku mencoba ikut bergabung dengan beberapa komunitas yang ada di tanah kelahiran saya, dan sedikit demi sedikit Kuper saya juga mulai terkikis oleh arus rasa kebersamaan yang saya dapatkan dari mengikuti dan bergabung dengan komunitas-komunitas tersebut.
Seperti pada sabtu, 09 Juli 2016 (H+ 3 lebaran), aku ikut bergabung dengan beberapa anggota GARONG'T (Gabungan Anak Ronggolawe Tuban), melakukan touring berkeliling di enam kecamatan yang ada di kabupaten Tuban. Dan tujuan touring ini bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang membutuhkan.
Banyak cerita mentrenyuhkan (memprihatinkan) yang aku temui dan banyak juga pelajaran yang aku dapatkan dalam touring berkeliling tersebut. Salah satunya ketika kami sampai di wilayah seputaran Tuban kota. Sebuah rumah berukuran 2 meter yang dihuni oleh seorang nenek berusia sekitar 80 tahun. Ia hidup seorang diri dengan tubuh rentanya.
Saat itu tepat pukul 16:30 kami sampai di rumah nenek tersebut. Karena rumahnya dikunci dari dalam, setelah kami memberi salam dan memanggil sang tuan rumah dan ternyata tak ada jawaban, kami berusaha masuk dari pintu belakang melewati lorong kecil yang terhimpit perumahan warga. Dan ternyata pintu belakang pun terkunci dari dalam. Kami memanggil-manggil pemilik rumah, dan akhirnya nenek renta itu menyahut dari dalam. "Aku ra iso tangi. (Saya tidak bisa bangun.)" Kami kira nenek itu tidak bisa bangun karena lagi kena flu atau sedang sakit.
Dan ternyata setelah salah satu dari kami mengintip dari celah dinding kayu, sang nenek terbaring di bawah, di samping tempat tidur. Ia terjatuh dan tidak bisa bangun. Ia bercerita, dirinya terjatuh sekitar pukul 14:30.
Akhirnya kami berusaha membuka kunci pintu rumahnya dengan cara membuka dinding yang terbuat dari papan kayu.
Dirumah sempit yang pengap, sang nenek hidup sendirian.
Penderitaan nenek itu dapat kami rasakan. Hampir semua di antara kami meneteskan air mata mendengar cerita sang nenek. Saat kami datang 'pun, seharian dia belum makan. :-( :'(
Karena waktu yang terbatas, dan waktu juga sudah mulai petang, setelah itu aku dan teman-teman kembali melanjutkan perjalanan lagi untuk tujuan berikutnya. Melanjutkan perjalanan lagi ke rumah calon penerima ,....., di wilayah kecamatan lain.
Ada kejadian unik dan menggelikan ketika aku sampai di tengah-tengah hutan saat perjalanan pulang (karena memang jalan menuju rumahku melalui hutan). Waktu itu sudah malam dan lampu sepeda motor udah meremang, ditambah lagi banyak rerimbun pepohonan di kanan-kiri jalan.
Di tengah-tengah keremangan malam, dari jauh aku lihat njegungguk (bhs indonesia 'Njegungguk' silahkan dicari sendiri kalau ada. haha) njegungguk tinggi besar di tengah jalan. Dan sudah pasti pikiran pun dipenuhi hal2 yang mustahal. "Kok tiba-tiba ada gapura di sini?" Pikirku saat itu.
Aku mengurangi kecepatan laju kendaraan. Takutnya tiba-tiba di depan ada jurang kemaksiatan yang dalam karena sebelumnya tak ada gapura di tempat itu. Melainkan hanya pembatas jembatan kecil saja yg ada di situ.
Secara perlahan laju kendaraanku mendekati sesuatu yg terlihat njegungguk tinggi besar itu. Dan betapa terkejutnya aku ketika sampai di dekatnya.
Ndilalah slender/sepur tumbuk.
Itu lho, kendaraan alat berat yg biasanya digunakan untuk memperbaiki jalan raya. :-D
Eh'heemmmm..... Sehari berkeliling sudah pasti badan pun terasa capek.
Namun ada kebahagiaan tersendiri yang tersemai di dalam hati.
Karena rasa bahagia itu datang bukan hanya saat kita bersenang-senang, melainkan di saat kita bisa berbagi.
Bahagia itu, ketika kita menjadi arti bahagia bagi orang lain.***
O'iya. Terimakasih buat Bapak² perangkat desa setempat yang telah menyambut kedatangan kami dengan baik.
Nah, ini ceritaku...
Mana ceritamu?? :-D
Wassalamu'alaikum Wr. Wb..
BERSAMBUNG KE CERITA LIBURAN SELANJUTNYA...
*Foto² koleksi Gabungan Anak Ronggolawe Tuban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar