PERHATIAN!
Cerita di bawah ini hanyalah fiktif belaka.
Persamaan nama dan tempat memang disengaja
Dan cerita ini hanyalah cerita konyol
Maka jangan heran jika mendapati adegan-adegan konyol dalam alur ceritanya.
Cerita di bawah ini hanyalah fiktif belaka.
Persamaan nama dan tempat memang disengaja
Dan cerita ini hanyalah cerita konyol
Maka jangan heran jika mendapati adegan-adegan konyol dalam alur ceritanya.
Judul: Prahara Cinta Dewi Arum - 1
Oleh: Djacka Artub
Genre: Konyol
"WUUUSSHH... JLEGG..!!!!" Sebuah suara makjleg yang disertai embus angin mengagetkan gadis itu. "Princes Dewi sedang apa di sini sendiri?" Nimas Ayu Indah Prameswari, tiba-tiba datang dari arah yang tidak diketahui oleh Dewi Arum. Setelah memarkir scooter-nya, ia pun duduk di samping Dewi Arum.
Semenjak kecil, Dewi Arum dan Indah Prameswari sudah berteman dan sering bermain bersama di keputren kerajaan. Indah Prameswari sendiri bukanlah anggota keluarga Raja. Ia adalah putri Ki Ronggo, seorang abdi dalem kerajaan Sampar Banyu yang dipimpin oleh Prabu Fajar Gumelar. Namun dirinya sudah dianggap keluarga sendiri oleh sang Prabu, karena Ki Ronggo sudah puluhan tahun mengabdi di kerajaan Sampar Banyu.
"Ah, Nimas Ayu membuatku kaget aja dech." Berkata Dewi Arum, ia berdiri sambil maju mundur syantik.
"Sebenarnya ada apa dengan Princes Dewi?" Indah Prameswari bertanya, "kenapa Princes kabur dari istana?"
"Aku sudah tidak tahan tinggal di istana kerajaan." Matanya menerawang, memandang luasnya samudera. "Aku ingin pergi jauh." Dewi Arum berdiri di samping Indah Prameswari.
"Iya... Tapi apa penyebabnya, Princes?" Indah Prameswari menggeser posisi berdirinya. Mereka pun berhadapan.
"Nimas Ayu ... Kamu pasti sudah mendengar 'kan, ayahku mau menjodohkan aku dengan seorang pangeran dari kerajaan Sosor Bebek?" Dengan mata berkaca-kaca, Dewi Arum menceritakan kegalauannya. Sesekali ia menghirup kembali lendir bening yang mengalir di atas bibir. "SRUUUPPPP..."
"Emmmmpphh..." Indah Prameswari mengangguk-angguk mendengarkan cerita tuan Putri, yang sekaligus sahabatanya. "Lalu kenapa Princes sedih? Apakah ... Putra prabu Menyok dari kerajaan Sosor Bebek itu tidak tampan?"
"Bukan masalah tampan atau tidak, Nimas. Tapi ... Cinta lahir dan tumbuh dari sini." Dewi Arum nunjuk dada.
"Maksudnya ... Princes Dewi suka pria yang dadanya ditumbuhi bulu?" Indah Prameswari masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh tuan putrinya.
"Ah, kau ini,..." Dewi Arum mencubit pinggang Indah Prameswari, "Sebenarnya ... Kakang Cokro Srikoyo Nongkolondo juga berbulu dada, sih..." Malu-malu ia berucap pada Indah Prameswari.
"Tuch, kann.... " Indah Praweswari menowel hidung Dewi Arum. "HUHH.!"
"Eh... Tapi bukan karena hal itu aku mencintai Kakang Cokro..." Dewi Arum membela diri.
"Eh... Sebentar, sebentar... Siapa itu Cokro,----" Indah Prameswari mencoba mengingat-ingat nama yang diucapkan Dewi Arum.
"Yakin nggak akan memberitahukan kepada siapa-siapa, jika aku bercerita tentang Kakang Cokro?"
"Iya, princes Dewi.... "
"Janji? "
"Demi tanah yang kupijak, jika aku bercerita kepada orang lain, aku rela tak lagi dapat menginjaknya." Saling menautkan jari kelingking, Indah Prameswari berjanji akan menjaga rahasia Dewi Arum.
"Kakang Cokro adalah,---" Dewi Arum mulai bercerita, "dia adalah pemuda dusun yang berada di perbukitan, Selatan kota Raja. Awal pertemuanku dengannya, ketika aku sedang ikut Ayahanda prabu berburu di hutan. Kemudian aku melihat kupu-kupu yang indah beterbangan. Lalu aku mengejarnya. Tanpa sadar, aku terpisah dari rombongan Ayahanda prabu." Mereka duduk bersanding di bawah pohon cemara.
"Lalu..?" Indah Prameswari tak sabar ingin mendengar cerita pertemuan Dewi Arum dengan Cokro Srikoyo Nongkolondo.
"Lalu aku berteriak memanggil Ayahanda prabu. Tapi tidak ada sahutan. Aku panik. Dari semak belukar, aku mendengar suara 'Krusek... Krusekk..' Kemudian sebuah anak panah melesat dari busurnya, dan 'Jlebb'. Tepat mengenai dadaku." Dewi Arum melanjutkan ceritanya.
"Lalu? Lalu...?" Indah Prameswari menggeser duduknya, semakin dekat dengan Dewi Arum. Dengan antusias ia mendengar ceritanya.
"Aku pun klepek-klepek terkena 'Panah Asmara' dari tatapan mata Kakang Cokro. Kemudian dia mengantarku pulang ke kota raja." Dewi Arum bercerita dengan bibir tersenyum, hatinya berbunga-bunga teringat awal pertemuannya dengan sang pemuda idaman.
"Sesingkat itu 'kah? Apakah setelah itu princes Dewi pernah bertemu kembali dengannya?" Indah Prameswari semakin penasaran.
"Dia sering menemuiku secara sembunyi-sembunyi." Dewi Arum kembali bercerita di antara sepoi angin yang ber-embus pelan.**
Di dalam istana kerajaan Sampar Banyu, prabu Fajar Gumelar begitu panik dan khawatir dengan keselamatan putrinya, Dewi Arum. Ia memerintahkan para punggawa kerajaan untuk mencari keberadaan Dewi Arum. Bahkan ia berniat mengadakan sayembara, bilamana Dewi Arum belum diketemukan dalam waktu 2 X 24 jam.
Disebarlah para prajurit kerajaan untuk mencari Dewi Arum. Beberapa tempat keramaian, bahkan rumah-rumah penduduk tak lepas dari geledahan prajurit kerajaan. Namun hasilnya nihil. Dewi Arum tidak diketemukan.*
"Harus kemana lagi kita mencari tuan Putri, Paman? Kita sudah ubek-ubek Alun-alun kota, dan juga pelabuhan. Tapi kita tidak menemukannya."
---"Sudah! Jangan banyak mengeluh. Ayo kita cari lagi tuan Putri sampai ketemu!"
Beberapa prajurit kerajaan mencari Dewi Arum kemana-mana. Namun mereka tidak menemukan putri dari rajanya. Mereka berjalan menyusuri pantai, dari gardu laut sampai ke pantai ku-te, dan semakin dekat dengan tempat Dewi Arum dan Nimas Ayu Indah Prameswari. Percakapan mereka pun terdengar. Dewi Arum segera mengajak Indah Prameswari untuk bersembunyi di balik semak-semak. "Princes Dewi bersembunyi saja di sini. Biar aku yang menghadapi mereka." Setelah menutup tubuh Dewi Arum dengan klaras daun pisang, Indah Prameswari menghadang para prajurit yang ditugaskan untuk mencari Dewi Arum.
"Ada apa, paman? Kenapa paman-paman bukannya menjaga kerajaan, tapi malah jalan-jalan di pantai." Indah Prameswari berlagak galak.
"Eng ... Anu, ndoro... Kami disuruh prabu Fajar Gumelar untuk mencari tuan putri yang kabur dari istana." Jawab salah seorang prajurit yang berperut buncit.
"Lebih baik paman-paman kembali ke kota raja. Atau... Cari tuan putri ke tempat lain." Perintah Indah Prameswari kepada para prajurit. "Tempat ini sudah aku ubek-ubek tapi tidak menemukan tuan putri." Para prajurit 'pun segera berlalu dari pantai tempat persembunyian Dewi Arum.
Tidak ada seorang pun prajurit yang berani membantah perintah Indah Prameswari. Karena mereka tahu, selain dekat dengan keluarga raja, Indah Prameswari juga seorang 'Telik-sandi', yang sangat tajam penglihatannya. Mereka pun percaya dengan kehebatan seorang Telik-sandi yang tugasnya sebagai penyusup di kandang musuh. Sehingga ia lebih pandai dalam hal pengintaian.
Indah Prameswari kembali ke tempat Dewi Arum bersembunyi. Setelah dirasa cukup aman, perlahan ia membuka klaras daun pisang yang menutupi tubuh Dewi Arum.
"DHEEGG...!" Hati Indah Prameswari bagai terkena totokan titik akupunktur. Darahnya seakan berhenti mengalir saat melihat keadaan Dewi Arum yang diam meringkuk di antara tumpukan klaras daun pisang kering.
~~~~~
BERSAMBUNG
Ternyata wsktu disebelah saya ketinggalan cerita ini, tapi tak mengapa di sini dipertemukan kembali dan dapat membacanya.
BalasHapusWis tak tunggu kelanjutannya.
Ternyata wsktu disebelah saya ketinggalan cerita ini, tapi tak mengapa di sini dipertemukan kembali dan dapat membacanya.
BalasHapusWis tak tunggu kelanjutannya.