PERHATIAN!
Cerita di bawah ini hanyalah fiktif
belaka.
disengaja
Dan cerita ini hanyalah cerita konyol
Maka jangan heran jika mendapati
adegan-adegan konyol dalam alur
ceritanya.
Prahara Cinta Dewi Arum - 1
Prahara Cinta Dewi Arum - 2
Prahara Cinta Dewi Arum - 3
Prahara Cinta Dewi Arum - 4
Judul: Prahara Cinta Dewi Arum - 5
Karya: Djacka Artub
Genre: Konyol
Dengan sedikit keberanian, Jaka Kelana membuka pintu rumahnya yang sudah dikepung oleh prajurit kerajaan sampar banyu.
Jaka Kelana merasa sedikit lega ketika melihat Datin Tya dan Indah Prameswari berada di antara orang-orang berwajah bengis itu. Namun hatinya kembali terguncang laksana terkena guncangan gempa berkekuatan 8 SR. Dilihatnya dua pedang mengapit leher masing-masing Datin Tya dan Indah Prameswari.Seketika keberanian Jaka Kelana melambung tinggi menggapai awan di angkasa. "Hai.!! Lepaskan mereka.!" Teriak lantang Jaka Kelana, "Atau,...."
"Atau apa? Atau,....kucincang burungmu? Hah!" Balas salah satu prajurit yang paling kerdil, sambil meraih sangkar burung yang tergantung.
Beberapa prajurit kerajaan Sampar Banyu merangsek masuk ke dalam rumah Jaka Kelana. Sedang Jaka Kelana sendiri tidak bisa berbuat banyak dengan adanya dua pedang yang mengapit leher masing-masing Datin Tya dan Indah Prameswari.
Di dalam rumah, para prajurit mengamuk. Semua barang barang diobrak-abrik. Setiap wadah besar dijomplang dan ditumpahkan.
Mengetahui nasib tuan putrinya terancam, Jaka Kelana masuk dengan memegang perut dan bokongnya.
"Hai.! Mau kemana, kau?" Bentak prajurit kerdil.
"Maaf, saya mau ke belakang sebentar." Jawab Jaka Kelana dengan pose menahan sesuatu.
"Jangan banyak alasan!" Bentak yang lain. Sebuah pedang menempel pada leher Jaka Kelana.
"Sumpah, saya tidak bohong." Dengan mengacungkan dua jari ke atas, Jaka Kelana mencoba berkata jujur. "PREETTT...!" Suara terompet kehidupan keluar dari lubang belakang Jaka Kelana. "Tuch, kan..." Jaka Kelana tertawa nyengir.
"Kurang ajar!" Dengan membekap hidung, panglima Buldoser melotot pada Jaka Kelana. "Sudah, sana!" Perintahnya, menyuruh Jaka Kelana segera ke belakang.
"Terima kasih, Tuan Panglima... hehehe...."
Tergesa-gesa Jaka Kelana masuk ruang tempat di mana ia menyembunyikan Dewi Arum. Ia duduk di atas kotak tempat Dewi Arum bersembunyi, sebelum para prajurit membuka kotak itu.
"BRAKK...! BRAKK...!!" Suara pintu di gedor. "Buka..!" Terdengar suara keras dari luar.
"Se_ben_tarrr..." Suara Jaka Kelana dibuat-buat seakan sedang ngeden.
"GOLDAKKK.... BRAKKK..!!" Pintu ambrol didobrak. "Sedang apa, kau?" Tanya seorang prajurit yang kerdil.
"Tadi 'kan, saya sudah bilang kalau mau buang hajat." Jaka Kelana menjawab dengan tenang.
"Jangan bohong!"
"Ya elaahhh... Masih nggak percaya? Sini, lihat. Biar aku buka kotaknya."
"Tidak perlu." Si kerdil mendekat.
"PREETT.... TET.. TET...TETTT....." Lagi lagi, Jaka Kelana sengaja mengeluarkan rentetan tembakan gas beracun supaya prajurit yang kerdil itu tidak mendekat.
"Minggir!" Dengan menghunus pedang, prajurit kerdil itu tetap mendekat.
"Kamu benar-benar ingin tahu amunisi yang telah aku keluarkan?"
"Sana, minggir." Geregetan. Si kerdil mendorong Jaka Kelana. Kemudian ia mencoba membuka kotak itu sendiri.
Perlahan si Kerdil itu mengangkat tutup kotak, dan,___,
"Ayo kita pergi. Kita cari di tempat lain." Ajak panglima Buldoser. Dan Si Kerdil 'pun meninggalkan kotak besar yang tutupnya telah sedikit terbuka.
Jaka Kelana bernafas lega. Ia segera keluar rumah menyusul para prajurit kerajaan Sampar Banyu. Dan perasaannya bertambah lega ketika melihat Datin Tya dan Indah prameswari sudah dilepaskan. Ia tersenyum bahagia melihat Datin Tya dan Indah Prameswari. Begitu juga dengan keduanya. Datin Tya dan Indah Prameswari tersenyum dan bernafas lega karena panglima Buldoser dan pasukannya tidak mendapatkan Dewi Arum.
"Oiya. Kita hampiri tuan putri, yukk.." Ajak Datin Tya.
"Astaghfirullahal 'adziim..." Jaka Kelana tersentak kaget. "PLAKKK..!!" Ia menabok jidatnya sendiri.
"Ada apa, Jaka?" Indah Prameswari bertanya curiga. "Kau apakan tuan putri?"
Tanpa menjawab pertanyaan Indah Prameswari, Jaka Kelana masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Diikuti oleh Datin Tya dan Indah Prameswari.
Rasa bersalah dan takut terkena hukuman dari putri kerajaan, membuat perasaan Jaka Kelana tidak tenang.
"Ada apa, Jaka?" Indah Prameswari menarik tangan Jaka Kelana dari belakang. Ia mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab.
"Eng ... nganu..."
"Eng nganu kenapa?" Datin Tya Turut bertanya.
"Sebaiknya kita lihat keadaan tuan putri." Ajak Jaka Kelana.
Perlahan Jaka Kelana membuka penutup kotak tempat ia menyembunyikan Dewi Arum.
Betapa terkagetnya ia setelah melihat kondisi Dewi Arum meringkuk tak bergerak di dalam kotak. Warna kulitnya membiru.
Wah, teganya si Jaka sampai tuan putri kulitnya membiru, tapi jangan-jangan ? Nggak jadi ah.. tak tunggu ae kelanjutannya,
BalasHapusYa ampuun amunisinya telah membuat Dewi Arum lebam
BalasHapus"Kau harus bertanggung jawab Djaka Kelana, lihat apa yang terjadi dengan tuan putri?!!!!"
jhahah ceritanya sangat menghibur nih tapi seru juga, waduh jaka kelana udah keleeatan batas nih sama putri dewi arum wkk ditunggu deh cerita selanjutnya!
BalasHapusUdah lama gak baca kisah klasik seperti ini..Ternyata seru juga.
BalasHapusWah kenapa tuh, pingsan tercium gas beracun kah hehee
BalasHapusWah cerdik juga si jaka ini. G kalah sama si kancil, banyak akalnya.
BalasHapusWaktu jaka buka peti dan menemukan dewi arum, entah kenapa kok ngerasa kaya snow white si dewi arum nya hehehehe cuma beda cerita.
BalasHapusamunisinya gak ada tandinganya..
BalasHapusdan bahan bakarnya jg murah kali ya
namanya aja Jaka Kelana pastinya suka...... :D
BalasHapusWaduh.. 😷 kacau juga ngeluarin gas beracun..
BalasHapusKira-kira apa yang terjadi sampai kulitnya membiru gitu.. 😂
Waduh keracunan apa gimana itu putrinya...
BalasHapusmantaff ceritanyaa mass....
BalasHapus