Assalamu'alaikum wr.wb..
Selamat berjumpa lagi sobat pembaca yang baik hatinya..(dengan gaya Mario Teguh.. :-DPada perjumpaan kali ini, saya akan kembali membawakan tema cemburu.. Namun bukan hanya soal cemburu seorang pria dalam pandangan islam, melainkan menerangkan apa itu cemburu dan tips2 menghindari sifat dan perasaan cemburu buta sesuai aqidah islam..
Dan bagaimana Hukum cemburu bagi orang yang sedang berpacaran..?? (sesuai permintaan dari salah satu teman kemarin)
Mari kita simak dari narasumber.. tapi setelah jeda pariwara berikut ini... eng....ing.....ennggggg....... :-D :-D
Membahas tentang cemburu, sama seperti membahas tentang cinta. Rumusnya sebenarnya simpel, jika cinta karena Allah, cemburunya pun karena Allah. Tapi jika cinta karena hawa nafsu, maka cemburunya pun karena hawa nafsu.
Cinta karena Allah adalah cinta pada seseorang berdasarkan sifat dan perilaku yang dicintai Allah.
Dan yang pasti Allah hanya mencintai sifat dan perilaku yang mentaati secara mutlak seluruh perintahNya dan menjauhi larangan-Nya, meskipun saat ujian menyapa.
Sedangkan cinta karena nafsu adalah cinta pada seseorang yang hanya berdasar pada nafsu semata..
Apa sebenarnya cemburu itu...?
Banyak yang pernah merasakan cemburu, tapi masih susah saat mendefinisikan apa itu cemburu..
Pengertian paling sederhana adalah rasa tidak suka karena sikap dan perbuatan pasangan dengan orang lain. Contohnya, Ketika suami berjalan, berboncengan berduaan dengan wanita ajnabi (bukan mahram), seorang istri yang sholihah pasti cemburu. Istri sholihah pun akan cemburu ketika didapati suaminya tengah asyik ber-sms, ber-BBM, dan berfesbuk ria dengan wanita lain tanpa menghiraukan si istri. Ini cemburu yang benar, cemburu karena Allah. Allah pun cemburu dengan perilaku seorang suami seperti itu.
Mungkin bagi sebagian orang biasa, hal itu bukan masalah, tapi tidak bagi wanita sholihah. Islam telah mengatur sedemikian rupa bagaimana interaksi antar lawan jenis, sekalipun di dunia maya.
Islam melarang berdua-duaan, karena yang ketiganya adalah setan. Islam pun mengajarkan interaksi pria dan wanita hanya dalam tiga hal.. Pengobatan, pendidikan dan jual beli.
Itupun masih lebih afdol dilakukan sesama jenis, kecuali sikon tak memungkinkan.
Lalu bagaimana dengan cemburunya orang yang berpacaran...?
Saya rasa, itu tak perlu dibahas, karena kita sendiri mungkin juga sudah tau bahwa hubungan mereka pun (berpacaran) terlarang di mata Allah.
Jadi, pasti cemburunya pun cemburu yang tidak pada tempatnya.
Cemburu, sebuah rasa yang Allah hadirkan sebagai suatu bentuk ujian pada manusia.
Sama seperti cinta, sakit, dan luka. Dan yang namanya perasaan pasti berada di bawah kendali manusia. Memilih untuk diikuti, berarti cemburu yang menguasai kita, atau memilih untuk dikelola yang berarti cemburu berada di bawah kekuasaan kita.
Sejatinya ada dua jenis cemburu, yaitu cemburu yang di sukai Allah, dan cemburu yang tidak di sukai Allah.
Rasulullah SAW. bersabda:
.Jadi cemburu sesungguhnya adalah perasaan yang dianugerahkan Allah. Wajar bahkan harus dimiliki untuk alasan yang dibenarkan. Ini berarti cemburu harus di manaj sedemikian rupa agar proporsional dan tidak mengotori hati, apalagi mengarah pada pelanggaran syariat, Pada perilaku dosa dan mendatangkan murka Allah.
“Rasa cemburu ada yang disukai Allah dan ada pula yang tidak disukai-Nya.
Kecemburuan yang disukai Allah adalah yang disertai alasan yang benar.
Sedangkan yang dibenci ialah yang tidak disertai alasan yang benar (cemburu buta).” (HR. Abu Daud).
Betapa berbahayanya bila cemburu buta terjadi.
Tak lagi si pencemburu buta takut pada Allah. Tak peduli lagi ia pada dosa. Tak malu ia melakukan tindakan apa saja, sekalipun menyebarkan aibnya sendiri.
Hawa nafsu yang terus diperturutkan dapat melupakan banyak hal, termasuk kehormatan diri dan keluarganya.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari perasaan cemburu buta :
- Selalu mengikatkan hati, lisan dan perbuatan pada aturan Allah. Ucapkan hanya kalimat-kalimat yang baik pada pasangan sekalipun sedang cemburu. Sebab, ucapan pun adalah doa.
Hindari dari lisan yang mencaci maki, menghujat apalagi menghinakan. Karena pasti akan menyakiti hati pasangan. - Perbanyaklah berdzikir untuk menenangkan hati.
Sibukkan diri dengan membaca alquran, dan kalimah² dzikrullah yang dituntunkan .. - Memilih sabar dalam mengendalikan cemburu.
Sesungguhnya sabar adalah penolong dan memiliki pahala tanpa batas. - Berdoa memohon pertolongan Allah SWT dan membasahi hati serta lisan dengan istighfar.
Pahami bahwa tanpa Allah, kita tak punya daya apa-apa. - Selalu mengingat mati.
Ini akan menjaga kita dari memilih perbuatan dosa dan mendholimi pasangan.. - Bersikap qona’ah, menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada.
Cemburulah hanya jika Allah pun cemburu. - Bersyukur pada pasangan.
Ingatlah segala kebaikannya dan maafkan kekhilafannya yang tidak disengaja.
Sadari seutuhnya pasangan pun manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. - Membangun kepercayaan dan keterbukaan dengan pasangan.
Panggillah pasangan dengan kata-kata yang indah dan penuh cinta, seperti Rasulullah memanggil humaira pada ibunda Aisyah. - Jauhi sifat dan perilaku dendam, apalagi dengan memanfaatkan kelembutan dan kebaikan hati pasangan.
Jauhi mengandalkan bisikan setan seperti ini, “Sedendam apapun aku, sedholim apapun aku….suatu saat nanti, beberapa tahun lagi…ia pasti akan memaafkanku dan membuka pintu hati untukku…karena cintanya padaku..selalu ada cara ia tak bisa melupakanku….ia akan kembali padaku.”
Hemm sayang,, kita hidup di dunia nyata, bukan sinetron.
Jadi,, berhentilah bermimpi dan berangan-angan. - Jadilah manusia yang kuat, yang mampu menundukkan diri sendiri.
Sederas apapun angin menerpa, sekuat apapun tekanan menghujam, sebesar apapun badai dan gelombang menghantam, jangan pernah bawa dan menceritakan masalah pribadi dan pasangan pada orang lain, dunia luar yang sejatinya tak tahu apa-apa tentang kehidupan kita.
Kita adalah pakaian bagi pasangan.
Menyebarkan aib pasangan sama saja dengan mempertontonkan aib diri sendiri.
Jangan salahkan siapapun jika suatu saat nanti bisa menusuk balik pada diri kita. Ingatlah sebuah peribahasa, “mulutmu adalah harimaumu.." mulut kita sendiri yang justru akan menerkam diri sendiri. - Senantiasa melakukan introspeksi diri.
Jujurlah untuk menilai diri sendiri dengan patokan hukum syara'.
Katakan benar jika memang benar, dan berbesar hatilah mengakui jika memang salah. Jangan pernah menjadikan orang lain sebagai kambing hitam atas pilihan perbuatan kita, atas apa yang terjadi pada diri kita atau atas maksiat/ketidaktaatan yang pernah kita lakukan.
Ali bin Abu Tholib mengatakan, ” kalau lupa dengan kesalahan diri, maka kesalahan orang lain akan lebih besar terlihat.”
Allahu’alam
Cukup sekian dan
Wassalamu'alaikum wr.wb....
*Sumber: eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar