- Cerita di bawah ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Admin seorang prajurit, di mana ia terjerat cinta seorang gadis saat ia bertugas di daerah lain.
Ilustrasi diperankan oleh model MWB :-D .
Nama-nama tokoh sudah mendapat persetujuan dari yang bersangkutan.
Hanif yang suka melawak, dalam keadaan antara hidup dan mati pun, ia masih saja membuat lelucon meski tubuhnya penuh luka bekas penyiksaan. Sambil terkekeh menahan luka di bibirnya, ia menggoda Fariz yang mau memakan roti dari gadis tersebut. "Kalau mau makan jangan lupa baca Bismillah, lalu baca Al-fatihah tujuh kali. Siapa tahu di roti itu ada guna-guna dari dukun agar kamu jatuh cinta padanya, dan berhianat pada temanmu.. mueheghegheg.."
"Dasar mata keranjang. Belum genap sebulan menikah, sudah mau terjerat pesona pelangi di tengah badai." Ledek Bilal sambil duduk tersandar pada tembok.
"Jaga mulut kamu.!" Bentak Fariz dengan melemparkan sepotong roti ke kepala Bilal.
Bilal yang tidak terima dengan perlakuan Fariz, ia segera bangkit dari duduknya, dan "BHUUKK.." ia melayangkan pukulan ke wajah Fariz.
Melihat temannya saling hantam, Hanif pun tidak tinggal diam. "Woy.! Ingat ... ! Ada tiga hal yang bisa memecah belah,! Harta ... Tahta ... !"
"Wanita....!" Jawab Fariz dan Bilal serempak.
"Ya sudah, kalau kalian masih ingat.!" Kata Hanif pada kedua temannya.
"Ada aqua,?" Celetuk Fariz tiba-tiba, "Haus, nih." Lanjutnya sambil memegang tenggorokan.
"Kamu kira ini di mall atau supermarket,? Ini penjara, men...!" Bantah Hanif, "mana ekspresinyaa..!?" Yang kemudian disambut gelak tawa mereka bertiga, seakan tiada beban dan ancaman dalam hidup mereka. Mereka sudah pasrah dengan segala kemungkinan.
"Prookk ... prok ... prookk... " Derap langkah kaki terdengar mendekat. Bilal, Hanif dan Fariz saling pandang. "Sebentar lagi, tempat kita sudah pasti akan dipishkan." Kata Hanif dengan sedikit berbisik. "Ingat,! Apa pun yang terjadi, jangan sampai ada yang mengatakan sesuatu yang akan menghancurkan teman-teman kita di luar sana."
"DREEETTT...KRIIITT.." Pintu penjara terbuka. Tiga lelaki masuk dan mendekati Fariz, Hanif dan Bilal. Fariz dan Bilal segera digelandang ke luar ruangan.
Setelah pintu penjara kembali tertutup rapat, Hanif baru menyadari keadaan yang sesungguhnya. Ia tidak bisa lagi melontarkan candaan. Rasa kekhawatiran mulai menggelayut dalam rongga hatinya. "Semoga saja Fariz tidak buka bicara, saat gadis tadi datang menginterogasinya." Gumamnya penuh kekhawatiran.*
*****
Tangis kesedihan melanda Nadia dan keluarganya saat mendengar kabar bahwa Fariz dan teman-temannya telah gugur dalam medan perang.
"TOK ... TOKK... TOOKK ..." terdengar suara pintu diketuk, "Nad ... Nadia.. Buka pintu, Nak. Makan dulu." Kata sang ibu dari luar kamar. "Sejak kemarin kamu belum makan. Ibu juga merasakan kesedihan yang kamu rasakan. Tapi kamu tidak boleh menyiksa diri kamu, Nak." Lanjut sang ibu.
Sudah dua hari Nadia mengurung diri di kamar. Kesedihan yang begitu mendalam, membuat ia tak mau keluar dari kamarnya, meski hanya sekedar untuk makan. Setiap hari, setiap saat, ia hanya berdo'a memohon kepada Allah, agar keselamatan tetap menyertai suaminya.
"Nadia ... Kamu harus makan... Apakah kamu tidak menyayangi bayi yang ada dalam kandunganmu,? kamu harus makan, supaya bayimu sehat." Tegas Ibunya dengan tetap berdiri di depan pintu kamar Nadia.
"Aku mau menunggu Mas Fariz, Bu... Aku yakin Mas Fariz masih hidup." Kata Nadia dengan isak tangisnya di pelukan sang ibu, setelah ia membuka pintu kamarnya. Sang ibu pun tak dapat membendung air matanya setelah mendengar perkataan dari anaknya.*
Bukan hanya Nadia, Desi juga sangat merasa kehilangan atas kepergian kekasihnya, Hanif.
Meskipun hubungannya dengan Hanif tak mendapat restu ayahnya, namun Desi tetap mencintai Hanif. Sejak mendengar kabar bahwa Hanif gugur di medan perang, Desi selalu murung, dan tak mau bicara pada siapa pun termasuk pada keluarganya sendiri.
"Nah, itulah yang aku takutkan.! Kenapa Bapak melarang kamu menjalin hubungan dengan seorang prajurit." Kata ayah Desi pada suatu malam. "Bukan kebahagiaan yang didapat, tapi justru sebaliknya.!" Lanjut sang ayah dengan nada marah.
******
"Bagaimana keadaan kedua temanku? Apakah mereka baik-baik saja,?" Tanya Fariz pada Anna, gadis yang selalu memperhatikan Fariz sejak pertama kali Fariz menjadi tawanan perang.
BERSAMBUNG
- Nadia oleh: Ahsana Nadia
- Fariz oleh: Cak Maman
- Desi oleh: Desy Latifa
- Hanif oleh: Hanip Junior
- Bilal oleh: Bilal Maulana
- Jendral Zahn oleh: Zannie Zahn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar