- Cerita di bawah ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Admin seorang prajurit, di mana ia terjerat cinta seorang gadis saat ia bertugas di daerah lain.
Ilustrasi diperankan oleh model MWB :-D .
Nama-nama tokoh sudah mendapat persetujuan dari yang bersangkutan.
"Bagaimana keadaan kedua temanku? Apakah mereka baik-baik saja,?" Tanya Fariz pada Anna, gadis yang selalu memperhatikan Fariz sejak pertama kali Fariz menjadi tawanan perang.
"Mereka dalam keadaan baik-baik saja. Aku selalu meminta ayahku untuk menangguhkan hukuman mati buat kalian." Jawab Anna. Anna melakukan semua ini karena dirinya tertarik pada Fariz, dan mencintai tawanan ayahnya itu.
"Kenapa kamu melakukan semua ini,?" Fariz kembali bertanya pada Anna yang selalu memperhatikan dirinya dan teman-temannya. "Bagaimana kalau jendral Zahn mengetahuinya.?" Fariz sangat khawatir dengan keselamatan Anna, kalau saja sampai jendral Zahn, ayah Anna, mengetahui anaknya bermaksud mengeluarkan para tawanan perang.
"Sudah lah. Kamu akan tahu maksud dari semua yang aku lakukan setelah kamu dan teman-teman kamu bisa terbebas dari sini." Jawab Anna menjelaskan.
Lambat laun, Fariz mulai tertarik sama Anna. Ketulusan hati Anna membuatnya terjerat cinta. Namun ia juga tidak ingin kehilangan Nadia. Setiap hari Fariz selalu memikirkan Nadia di rumah. Fariz pun merasakan kesedihan yang diderita Nadia, karena sejak gempuran pasukan musuh menghancurkan pertahanannya, pasti kabar kematiannya sudah terdengar oleh Nadia.*
Hampir setiap malam, tanpa sepengetahuan ayahnya, Anna menyelinap ke ruang tahanan bawah tanah tempat para tawanan perang. Semua itu dilakukan untuk bertemu dengan Fariz.
Malam itu, pengamanan di pintu penjara sangat ketat. Anna sudah tahu rencana ayahnya untuk menghukum mati para tawanan esok hari.
"Ayahku memanggilmu.!" Kata Anna pada seorang penjaga di ruang tempat Fariz ditahan. Tanpa berpikir panjang, penjaga ruang tahanan segera melaksanakan perintah dari Anak jendral Zahn.
Dengan sigap Anna meraih kunci pintu penjara yang tergeletak di meja.
"Aku akan mengeluarkanmu dari sini beserta teman-temanmu." Bisik Anna pada Fariz.
"Kenapa kau lakukan ini,? Bagaimana jika ayahmu tahu.?" Fariz sangat mengkhawatirkan nasib Anna. Jika sampai ayahnya tahu, pasti Anna akan dihukum.
Jendral Zahn sangat terkenal dengan kekejamannya. Ia tidak segan-segan menghukum mati siapa saja yang menghianatinya. Termasuk keluarganya sendiri.
"Besok ayahku berencana untuk menghukum mati semua tawanan perang. Sebaiknya malam ini, kamu dan teman-teman kamu meloloskan diri melewati lorong rahasia yang ada di belakang ruangan ini." Dengan cekatan, Anna membuka pintu penjara. Lalu menuju di mana tempat Hanif dan Bilal dikurung, dengan diikuti oleh Fariz.
Dengan senjata berperedam, Anna melumpuhkan satu persatu anak buah ayahnya yang sedang berjaga di sudut-sudut terowongan.
Berjalan dan terus waspada, mereka ber-empat berhasil mencapai pintu terowongan yang menghadap perbukitan. Beberapa penjaga di pintu terowongan tak lepas dari bidikan senjata Anna.
"Kalian terus lari ke utara. Nanti kalian tunggu aku di lereng bukit saat sampai di jembatan." Perintah Anna.
Fariz, Hanif dan Bilal terus berjalan diantara semak dan lembah di lereng perbukitan, hingga akhirnya mereka sampai pada jembatan di lereng bukit. Dengan sembunyi dibalik batu besar, mereka menunggu Anna yang akan datang dan membawa mereka keluar dari daerah kekuasaan jendral Zahn, ayah Anna.
"BUUUMMM..." Deru suara mobil tua berhenti di tepi jalan. "Ayo, cepat naik.!" Perintah Anna, setelah ia melihat Fariz dan teman-temannya.
Fariz, Hanif dan Bilal, tanpa menunggu perintah kedua kalinya, mereka segera naik ke mobil yang dikendarai Anna. Anna terus melajukan kendaraannya menuju suatu tempat untuk Fariz dan teman-temannya melarikan diri.
"Cepat. Kalian naik ke perahu itu.!" Perintah Anna lagi, "Teruslah kalian mendayung perahu itu ke utara. Di sana sudah ada temanku yang akan membawa kalian keluar dari wilayah konflik ini." Lanjut Anna menjelaskan.
"BUUMM... BUUUMMM...." deru iring-iringan kendaraan menuju tempat Anna dan ketiga tawanan.
"Cepat! Cepat! Ayahku mengirim anak buahnya untuk mengikutiku." Anna memerintahkan Fariz dan teman-temannya untuk segera pergi.
"Bagaimana denganmu.?" Tanya Fariz khawatir dengan keselamatan Anna.
"Mobil ini penuh dengan bahan peledak." Jawab Anna dengan menunjuk mobil yang tadi digunakan untuk mengantarkan Fariz dan teman-temannya.
"Maksud kamu.?" Hanif bertanya heran atas kata-kata Anna.
"Setidaknya, bahan peledak ini dapat menghalau para anak buah ayahku yang akan menangkap kalian." Jelas Anna, dan segera kembali ke dalam mobil, lalu menjalankannya dengan kencang.
BERSAMBUNG
- Nadia oleh: Ahsana Nadia
- Fariz oleh: Cak Maman
- Desi oleh: Desy Latifa
- Hanif oleh: Hanip Junior
- Bilal oleh: Bilal Maulana
- Jendral Zahn oleh: Zannie Zahn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar