Dalam Mission Of The-Les Kebes 3 ( bagian 2 ) minggu lalu, Salman yang sudah tidak sabar lagi dengan apa yang akan dibicarakan oleh Mak Rini kepadanya, di bawah gelap mendung yang memghitam ia rela menerobos lekuk-lekuk pematang sawah yang becek dan berlumpur.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian kedua tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.3. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2.
Siang semakin gelap oleh tebal mendung yang hitam. Di antara rerimbun pohon dan jalanan berliku yang melewati pematang sawah, Salman mempercepat langkahnya menuju rumah Mak Rini. Ia tak menghiraukan tanah becek melumuri kaki dan juga celananya. Berharap ingin cepat sampai, ia rela menerobos jalan pintas di antara lekuk pematang yang menjulang panjang.
"Assalamu'alaikum..." Salam sapa Salman ketika telah berada di depan pintu rumah Mak Rini.
"Wa'alaikum salam.." Latifa muncul dari balik pintu, dan segera menarik tangan Salman untuk masuk ke dalam rumah. "Sebentar ya, Mas. Tifa panggil nenek."
"Tumben, nih orang hari ini panggil aku Mas?" Batin Salman semakin penasaran.
"Eh, Nak Salman sudah kemari rupanya." Mak Rini keluar dari dapur dan segera disambut oleh Salman dengan mencium tangannya.
"Maaf ya, Nak Salman. Tangan Mak masih basah, habis nyuci piring." Kata Mak Rini dengan mempersilahkan Salman untuk duduk.
"Ah, nggak apa-apa, Mak." Timpal Salman sambil tersenyum meski dalam hati ia berkata, "Aseemm... Pantesan bau amis"
"Begini, Nak Salman..." Mak Rini membuka pembicaraan, "kemarin Latifa cerita ke saya, katanya habis bertemu dengan seorang kakek-kakek yang mirip dengan kapten Djack yang dulu pernah menyelamatkan kami." Kata Mak Rini menjelaskan.
"Terus, apa hubungannya dengan saya, Mak?" Tanya Salman penasaran.
"Mak ingin hari ini kamu mengantar Latifa untuk mencari kakek-kakek yang kemarin kalian temui itu." Sontak Salman garuk-garuk kepala dan menghela nafas setelah mendengar ucapan dari Mak Rini.
"Kenapa! Nggak mau antar?" Sahut Latifa setelah melihat reaksi Salman. "Kalau nggak mau ya sudah. Biar aku diantar sama Baim saja." Pungkas Latifa , dan membuat Salman segera bangkit dari duduknya.
"Baiklah." Dengan nada lesu, Salman meng-iyakan permintaan Mak Rini untuk mengantar Latifa. "Tapi nunggu nanti kalau cuacanya sudah cerah ya?"
"Se-ka-rang!" jawab Latifa tegas.
Tanpa menunggu perintah kedua kali, Salman segera pamit pulang untuk mengambil motornya.
Sementara Mak Rini hanya tersenyum setiap kali melihat tingkah Salman yang selalu mengalah ketika Latifa sudah bekata tegas.
Selang setengah jam kemudian, Salman sudah datang kembali ke rumah Mak Rini untuk menjemput Latifa yang sudah bersiap sejak tadi. Setelah berpamitan sama Mak Rini, keduanya segera pergi dengan mengendarai motor butut, menembus rintik gerimis dan embus angin.
Dalam perjalanan, Latifa tak henti-hentinya memperhatikan sekeliling jalan mencari tahu keberadaan lelaki tua yang ia temui kemarin. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tiba-tiba motor Salman terbatuk dan mogok di tengah perjalanan.
Dengan terpaksa, mereka pun turun dari kendaraannya. Dan dengan sedikit pengalaman tentang mesin, Salman mencoba mengotak-atik mesin motornya yang sedang mogok. Latifa tetap berdiri memperhatikan Salman.
"BUUUMMMM.... CRAAZZZ.. BYUURRR...." Sebuah mobil lewat di samping mereka, dan genang air yang dilewati mobil itu 'pun semburat muncrat mengguyur tubuh Latifa dan Salman.
"Woyy..! Pelan-pelan dong...!" Pekik Salman pada pengemudi mobil tersebut. "Kamu nggak apa-apa, Tifa?" Tanya Salman sambil mengelap baju Latifa.
"Tadinya sih nggak apa-apa. Tapi ... Setelah kamu elap, coba lihat bajuku." Jawab Latifa geram.
"Ckikikikikik.... Maaf. Aku nggak sengaja. Tadi itu cuma gerakan spontanitas dari rasa perhatian dan tanggung jawabku sebagai seorang laki-laki sejati." Jawab Salman cekikikan dan menutup mulutnya dengan kain lap mesin.
Sementara Baim, si pengemudi mobil tersebut tertawa terbahak-bahak setelah mengerjai Salman dan Latifa. "Rasain... Hahahaha..." Baim tertawa puas. Baim adalah seorang pemuda kampung sebelah dari tempat tinggal Salman dan Latifa. Ia memang sengaja membuat Latifa dan Salman basah kuyup oleh genangan air kotor di jalanan, karena beberapa kali tawarannya untuk mengantar Latifa selalu ditolak. Dan Latifa lebih memilih Salman untuk mengantarkannya kemana saja.***
Hari telah menjelang senja. Mak Rini merasa khawatir jika terjadi apa-apa sama Salman dan Latifa. Hingga menjelang maghrib, Latifa belum juga kembali ke rumah. "Ya Allah ... Semoga tidak terjadi apa-apa sama mereka berdua." Mak Rini hanya bisa berdoa untuk keselamatan Latifa dan Salman.
Di teras sebuah bengkel kecil, Salman dan Latifa duduk menunggui motornya yang sedang diperbaiki oleh lelaki paruh baya pemilik bengkel tersebut. Hampir dua jam mereka berjalan kaki sambil mendorong sepeda motornya yang mogok, hingga menemukan sebuah bengkel kecil di pinggir jalan.
"Silahkan diminum dulu tehnya, Nak." Kata bapak pengantar teh itu. Seorang bapak penjual kopi itu merasa kasihan pada Latifa yang basah kuyub kedinginan. Sehingga ia membuatkan teh hangat untuk Latifa dan Salman yang sejak tadi diperhatikannya.
"Terima kasih, Pak." Jawab Salman, "tapi tadi saya tidak memesannya, pak."
Bapak penjual kopi itu pun tersenyum melihat kepolosan Salman. Seketika, ia memperhatikan Latifa dalam-dalam. "Kamu Latifa? Cucunya Mak Rini?" Latifa terperanjat kaget ketika bapak penjual kopi itu menyebut nama dirinya dan juga neneknya.
"Iya, Pak. Bapak siapa?"
Mendengar percakapan mereka, lelaki yang sedari tadi memperbaiki motor Salman segera menghentikan pekerjaannya. Ia berdiri dan mendekati Latifa. "Jadi ... Kamu Latifa, cucunya Mak Rini?" Tanya lelaki paruh baya itu sambil memegang pundak Latifa.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian kedua tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.3. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2.
MISSION OF THE-LES KEBES 3
(Misi Basah Kuyup)
Bag.3
(Misi Basah Kuyup)
Bag.3
Siang semakin gelap oleh tebal mendung yang hitam. Di antara rerimbun pohon dan jalanan berliku yang melewati pematang sawah, Salman mempercepat langkahnya menuju rumah Mak Rini. Ia tak menghiraukan tanah becek melumuri kaki dan juga celananya. Berharap ingin cepat sampai, ia rela menerobos jalan pintas di antara lekuk pematang yang menjulang panjang.
"Assalamu'alaikum..." Salam sapa Salman ketika telah berada di depan pintu rumah Mak Rini.
"Wa'alaikum salam.." Latifa muncul dari balik pintu, dan segera menarik tangan Salman untuk masuk ke dalam rumah. "Sebentar ya, Mas. Tifa panggil nenek."
"Tumben, nih orang hari ini panggil aku Mas?" Batin Salman semakin penasaran.
"Eh, Nak Salman sudah kemari rupanya." Mak Rini keluar dari dapur dan segera disambut oleh Salman dengan mencium tangannya.
"Maaf ya, Nak Salman. Tangan Mak masih basah, habis nyuci piring." Kata Mak Rini dengan mempersilahkan Salman untuk duduk.
"Ah, nggak apa-apa, Mak." Timpal Salman sambil tersenyum meski dalam hati ia berkata, "Aseemm... Pantesan bau amis"
"Begini, Nak Salman..." Mak Rini membuka pembicaraan, "kemarin Latifa cerita ke saya, katanya habis bertemu dengan seorang kakek-kakek yang mirip dengan kapten Djack yang dulu pernah menyelamatkan kami." Kata Mak Rini menjelaskan.
"Terus, apa hubungannya dengan saya, Mak?" Tanya Salman penasaran.
"Mak ingin hari ini kamu mengantar Latifa untuk mencari kakek-kakek yang kemarin kalian temui itu." Sontak Salman garuk-garuk kepala dan menghela nafas setelah mendengar ucapan dari Mak Rini.
"Kenapa! Nggak mau antar?" Sahut Latifa setelah melihat reaksi Salman. "Kalau nggak mau ya sudah. Biar aku diantar sama Baim saja." Pungkas Latifa , dan membuat Salman segera bangkit dari duduknya.
"Baiklah." Dengan nada lesu, Salman meng-iyakan permintaan Mak Rini untuk mengantar Latifa. "Tapi nunggu nanti kalau cuacanya sudah cerah ya?"
"Se-ka-rang!" jawab Latifa tegas.
Tanpa menunggu perintah kedua kali, Salman segera pamit pulang untuk mengambil motornya.
Sementara Mak Rini hanya tersenyum setiap kali melihat tingkah Salman yang selalu mengalah ketika Latifa sudah bekata tegas.
Selang setengah jam kemudian, Salman sudah datang kembali ke rumah Mak Rini untuk menjemput Latifa yang sudah bersiap sejak tadi. Setelah berpamitan sama Mak Rini, keduanya segera pergi dengan mengendarai motor butut, menembus rintik gerimis dan embus angin.
Dalam perjalanan, Latifa tak henti-hentinya memperhatikan sekeliling jalan mencari tahu keberadaan lelaki tua yang ia temui kemarin. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tiba-tiba motor Salman terbatuk dan mogok di tengah perjalanan.
Dengan terpaksa, mereka pun turun dari kendaraannya. Dan dengan sedikit pengalaman tentang mesin, Salman mencoba mengotak-atik mesin motornya yang sedang mogok. Latifa tetap berdiri memperhatikan Salman.
"BUUUMMMM.... CRAAZZZ.. BYUURRR...." Sebuah mobil lewat di samping mereka, dan genang air yang dilewati mobil itu 'pun semburat muncrat mengguyur tubuh Latifa dan Salman.
"Woyy..! Pelan-pelan dong...!" Pekik Salman pada pengemudi mobil tersebut. "Kamu nggak apa-apa, Tifa?" Tanya Salman sambil mengelap baju Latifa.
"Tadinya sih nggak apa-apa. Tapi ... Setelah kamu elap, coba lihat bajuku." Jawab Latifa geram.
"Ckikikikikik.... Maaf. Aku nggak sengaja. Tadi itu cuma gerakan spontanitas dari rasa perhatian dan tanggung jawabku sebagai seorang laki-laki sejati." Jawab Salman cekikikan dan menutup mulutnya dengan kain lap mesin.
Sementara Baim, si pengemudi mobil tersebut tertawa terbahak-bahak setelah mengerjai Salman dan Latifa. "Rasain... Hahahaha..." Baim tertawa puas. Baim adalah seorang pemuda kampung sebelah dari tempat tinggal Salman dan Latifa. Ia memang sengaja membuat Latifa dan Salman basah kuyup oleh genangan air kotor di jalanan, karena beberapa kali tawarannya untuk mengantar Latifa selalu ditolak. Dan Latifa lebih memilih Salman untuk mengantarkannya kemana saja.***
Hari telah menjelang senja. Mak Rini merasa khawatir jika terjadi apa-apa sama Salman dan Latifa. Hingga menjelang maghrib, Latifa belum juga kembali ke rumah. "Ya Allah ... Semoga tidak terjadi apa-apa sama mereka berdua." Mak Rini hanya bisa berdoa untuk keselamatan Latifa dan Salman.
Di teras sebuah bengkel kecil, Salman dan Latifa duduk menunggui motornya yang sedang diperbaiki oleh lelaki paruh baya pemilik bengkel tersebut. Hampir dua jam mereka berjalan kaki sambil mendorong sepeda motornya yang mogok, hingga menemukan sebuah bengkel kecil di pinggir jalan.
"Silahkan diminum dulu tehnya, Nak." Kata bapak pengantar teh itu. Seorang bapak penjual kopi itu merasa kasihan pada Latifa yang basah kuyub kedinginan. Sehingga ia membuatkan teh hangat untuk Latifa dan Salman yang sejak tadi diperhatikannya.
"Terima kasih, Pak." Jawab Salman, "tapi tadi saya tidak memesannya, pak."
Bapak penjual kopi itu pun tersenyum melihat kepolosan Salman. Seketika, ia memperhatikan Latifa dalam-dalam. "Kamu Latifa? Cucunya Mak Rini?" Latifa terperanjat kaget ketika bapak penjual kopi itu menyebut nama dirinya dan juga neneknya.
"Iya, Pak. Bapak siapa?"
Mendengar percakapan mereka, lelaki yang sedari tadi memperbaiki motor Salman segera menghentikan pekerjaannya. Ia berdiri dan mendekati Latifa. "Jadi ... Kamu Latifa, cucunya Mak Rini?" Tanya lelaki paruh baya itu sambil memegang pundak Latifa.
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar