PERHATIAN:
Cerita di bawah ini hanyalah sebuah cerita komedi untuk hiburan semata. Mohon maaf jika ada adegan dan penulisan yang agak kasar.
Dalam Mission of The-Les Kebes 3 - Bagian 3 minggu lalu, Di teras sebuah bengkel kecil, Salman dan Latifa duduk sambil menahan rasa dingin di tubuh. Mereka menunggui motornya yang sedang diperbaiki oleh lelaki paruh baya pemilik bengkel tersebut, setelah hampir dua jam mereka berjalan kaki sambil mendorong sepeda motornya yang mogok.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian ketiga tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.4. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2
Bapak penjual kopi itu tersenyum melihat kepolosan Salman. Seketika ia memperhatikan Latifa dalam-dalam. "Kamu Latifa? Cucunya Mak Rini?" Latifa terperanjat kaget ketika bapak penjual kopi itu menyebut nama dirinya dan juga neneknya.
"Iya, Pak. Bapak siapa?"
Mendengar percakapan mereka, lelaki yang sedari tadi memperbaiki motor Salman segera menghentikan pekerjaannya. Ia berdiri dan mendekati Latifa. "Jadi ... kamu Latifa, cucunya Mak Rini?" Tanya lelaki paruh baya itu sambil memegang pundak Latifa. Latifa semakin bingung karena kedua bapak-bapak itu mengenali namanya dan Mak Rini. Dan ternyata keduanya pria itu adalah letnan Kay dan sersan Ktnoz, rekan kapten Djack yang sedang dicari Latifa.
"Saya dulu letnan Kay, dan ini dulu sersan Ktnoz yang semprol itu." Pemilik bengkel itu memperkenalkan diri, dan disambut tawa oleh bapak pemilik warung kopi itu karena diingatkan kekonyolannya saat melemparkan magazen ke kapten Djack, namun yang terlempar justru singkong bakar.
"Kalian tinggal di mana?" Tanya pak Ktnoz, si penjual kopi itu.
"Kami tetap tinggal di pedesaan yang dulunya menjadi tempat pengungsian itu, Pak."
"Tempat itu 'kan, jauh dari sini?" Sahut Pak Kay, "dan kenapa sampai motornya mogok di sini?" Tanyanya heran.
"Sebenarnya kami ingin mencari seorang kakek-kakek yang kemarin kami temui di kota ini, Pak." Jawab Salman, "kata Latifa, suara kakek itu seperti suara kapten Djack yang dulu bersama pasukannya telah menyelamatkan Mak Rini dan dirinya."
"Kapten Djack yang dulu itu sekarang memang masih tinggal di kota ini. Saat ini kapten Djack menjadi seorang pemulung, kadang juga menjual arang bersama rekannya di pasar yang tidak jauh dari sini." Sambil menghisap dalam-dalam sisa rokonya yang tinggal kurang dari satu centi, Pak Kay menjelaskan panjang lebar tentang kehidupan kapten Djack pada Latifa.
"Terus, kenapa Bapak-Bapak sekarang nasibnya menjadi seperti ini? Bukankah Bapak-Bapak ini seorang mantan pejuang yang seharusnya mendapat jaminan kehidupan yang layak?" Tanya Latifa heran dengan nasib para veteran yang sudah berjasa pada negerinya.
"Ceritanya panjang. Kapan-kapan saja kami jelaskan bersama." Jawab Pak Ktnoz, "Sekarang sudah malam, sebaiknya kalian ikut Bapak ke rumah untuk istirahat."
"Terima kasih, Pak. Tapi kami harus pulang. Nanti nenek khawatir."
"Tapi ini sudah malam, Tifa. Tempat tinggal kamu 'kan jauh." Sergah Pak Kay, khawatir. "Lebih baik malam ini kalian menginap di tempat Bapak, atau di tempat Pak Ktnoz."*
Malam semakin larut. Namun Latifa tetap nekat untuk pulang dan menolak tawaran Pak Kay serta Pak Ktnoz untuk menginap semalam di rumah kontrakan mereka. Latifa tidak ingin neneknya khawatir karena dirinya tidak pulang tanpa kabar.
Akhirnya Pak Kay dan Pak Ktnoz pun mengizinkan Latifa dan Salman untuk pulang malam itu juga.
Perjalanan pulang yang sangat menggembirakan. Salman pun semakin bersemangat memacu kendaraanya menembus gelap malam. Hawa dingin embus angin tak lagi terasa oleh Salman dan Latifa. Perjuangannya mendorong motor mogok di tengah guyur hujan akhirnya menemukan titik terang dari sebuah pencarian. Latifa sudah bertemu dengan dua orang rekan kapten Djack. Ini artinya sebentar lagi Mak Rini akan bertemu kembali dengan orang-orang yang dulu telah menyelamatkannya.
Tanpa terasa, perjalanan mereka pun sudah hampir sampai. Tiba-tiba motor Salman oleng setelah sebuah mobil hampir saja menyerempatnya dari belakang. Untung saja laju motor Salman tidak terlalu kencang, sehingga Salman dapat menguasai situasi. Dan rupanya mobil tersebut adalah mobil yang siang tadi membuat Latifa bermandi air comberan.
Baim, pengemudi mobil itu memang selalu sengaja mencari masalah ketika dirinya mengetahui Latifa pergi bersama Salman. Baim iri dengan Salman yang selalu bisa bersama Latifa. Padahal kalau dilihat dari segi kendaraan, Baim lebih unggul dengan mobilnya. Sedangkan Salman hanya dengan motor bututnya yang selalu menyusahkan karena mogok. "Tapi kenapa Latifa lebih memilih Salman? Apakah karena usia Salman lebih muda? Bahkan usia Salman pun terpaut hampir lima tahun dari usia Latifa. Sehingga Latifa lebih memilih Salman dari pada saya?". Berbagai pertanyaan menyelimuti hati Baim. Terkadang ia pun menganggap Latifa lebih suka brondong dari pada lelaki yang telah dewasa.***
"TRENG... TENG... TENGG... TENG.. TEENNGG..." Pekik knalpot motor tua memecah bening malam. Mak Rini segera bangkit dari duduknya. Ia menunggu kedatangan Latifa di beranda rumah. Hawa dingin embus angin tak dihiraukan lagi karena ia khawatir dengan keselamatan cucunya.
"Nenek belum tidur?" Tanya Latifa, sesaat setelah ia memasuki beranda rumah.
"Nenek nungguin kamu, Tifa. Nenek khawatir terjadi apa-apa pada kalian berdua." Lirih suara Mak Rini. "Bagaimana? Sudah ketemu dengan kapten Djack?"
"Belum, Nek. Tapi kami sudah bertemu dengan letnan Kay dan sersan Ktnoz." Tukas Salman.
"Benar, Nek. Dan menurut penjelasan mereka, saat ini kapten Djack berjualan arang disebuah pasar di dekat tempat tinggal sersan Ktnoz dan letnan Kay." Latifa menjelaskan hasil dari misi pencariannya kepada kepada sang Nenek.
"Lalu, bagaimana keadaan letnan Kay dan sersan Ktnoz?" Tanya Mak Rini kemudian, "tinggal di mana mereka?"
"Letnan Kay membuka bengkel kecil di pinggir jalan, dan di sebelahnya sersan Ktnoz berjualan kopi dengan gerobak kecilnya." jawab Latifa pelan.
Hati Mak Rini sangat miris mendengar penjelasan Latifa dan Salman, tentang orang-orang yang dulu sangat berjasa bagi negara itu. Namun ia masih bersyukur karena perjuangan Latifa mencari orang-orang yang berjasa bagi dirinya telah menemukan titik terang.
Karena malam telah larut, Salman pun pamit untuk pulang ke rumahnya. Hari ini dia tidak meminta imbalan tangki motornya penuh. Salman sudah sangat gembira bisa membantu Mak Rini dan Latifa.**
Seminggu kemudian,...
Sesuai kesepakatan sebelumnya, Salman berniat mengantar Latifa untuk mencari kapten Djack. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu tatkala ia telah sampai di depan rumah Mak Rini. Dengan darah yang mendidih, Salman melihat Latifa sedang duduk berdua dengan seorang pemuda. Dan di halaman rumah itu terparkir sebuah mobil yang beberapa hari lalu hampir mencelakainya saat pulang dari kota untuk mencari kapten Djack bersama Latifa.
"Itu 'kan, mobil yang kemarin melaju ugal-ugalan itu? Terus, untuk apa dia menemui Latifa?" Gumam Salman, kemudian ia memutar balik motornya untuk kembali pulang ke rumah. Latifa yang mengetahui hal itu, ia segera bangkit dari duduknya dan memanggil Salman. Namun Salman tak menghiraukan panggilan Latifa. Secepat kilat Salman tancap gas memacu kendaraannya melewati jalanan berbatu.
Cerita di bawah ini hanyalah sebuah cerita komedi untuk hiburan semata. Mohon maaf jika ada adegan dan penulisan yang agak kasar.
Dalam Mission of The-Les Kebes 3 - Bagian 3 minggu lalu, Di teras sebuah bengkel kecil, Salman dan Latifa duduk sambil menahan rasa dingin di tubuh. Mereka menunggui motornya yang sedang diperbaiki oleh lelaki paruh baya pemilik bengkel tersebut, setelah hampir dua jam mereka berjalan kaki sambil mendorong sepeda motornya yang mogok.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian ketiga tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.4. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2
MISSION OF THE-LES KEBES 3
(Misi Basah Kuyup)
Bag.4
(Misi Basah Kuyup)
Bag.4
Bapak penjual kopi itu tersenyum melihat kepolosan Salman. Seketika ia memperhatikan Latifa dalam-dalam. "Kamu Latifa? Cucunya Mak Rini?" Latifa terperanjat kaget ketika bapak penjual kopi itu menyebut nama dirinya dan juga neneknya.
"Iya, Pak. Bapak siapa?"
Mendengar percakapan mereka, lelaki yang sedari tadi memperbaiki motor Salman segera menghentikan pekerjaannya. Ia berdiri dan mendekati Latifa. "Jadi ... kamu Latifa, cucunya Mak Rini?" Tanya lelaki paruh baya itu sambil memegang pundak Latifa. Latifa semakin bingung karena kedua bapak-bapak itu mengenali namanya dan Mak Rini. Dan ternyata keduanya pria itu adalah letnan Kay dan sersan Ktnoz, rekan kapten Djack yang sedang dicari Latifa.
"Saya dulu letnan Kay, dan ini dulu sersan Ktnoz yang semprol itu." Pemilik bengkel itu memperkenalkan diri, dan disambut tawa oleh bapak pemilik warung kopi itu karena diingatkan kekonyolannya saat melemparkan magazen ke kapten Djack, namun yang terlempar justru singkong bakar.
"Kalian tinggal di mana?" Tanya pak Ktnoz, si penjual kopi itu.
"Kami tetap tinggal di pedesaan yang dulunya menjadi tempat pengungsian itu, Pak."
"Tempat itu 'kan, jauh dari sini?" Sahut Pak Kay, "dan kenapa sampai motornya mogok di sini?" Tanyanya heran.
"Sebenarnya kami ingin mencari seorang kakek-kakek yang kemarin kami temui di kota ini, Pak." Jawab Salman, "kata Latifa, suara kakek itu seperti suara kapten Djack yang dulu bersama pasukannya telah menyelamatkan Mak Rini dan dirinya."
"Kapten Djack yang dulu itu sekarang memang masih tinggal di kota ini. Saat ini kapten Djack menjadi seorang pemulung, kadang juga menjual arang bersama rekannya di pasar yang tidak jauh dari sini." Sambil menghisap dalam-dalam sisa rokonya yang tinggal kurang dari satu centi, Pak Kay menjelaskan panjang lebar tentang kehidupan kapten Djack pada Latifa.
"Terus, kenapa Bapak-Bapak sekarang nasibnya menjadi seperti ini? Bukankah Bapak-Bapak ini seorang mantan pejuang yang seharusnya mendapat jaminan kehidupan yang layak?" Tanya Latifa heran dengan nasib para veteran yang sudah berjasa pada negerinya.
"Ceritanya panjang. Kapan-kapan saja kami jelaskan bersama." Jawab Pak Ktnoz, "Sekarang sudah malam, sebaiknya kalian ikut Bapak ke rumah untuk istirahat."
"Terima kasih, Pak. Tapi kami harus pulang. Nanti nenek khawatir."
"Tapi ini sudah malam, Tifa. Tempat tinggal kamu 'kan jauh." Sergah Pak Kay, khawatir. "Lebih baik malam ini kalian menginap di tempat Bapak, atau di tempat Pak Ktnoz."*
Malam semakin larut. Namun Latifa tetap nekat untuk pulang dan menolak tawaran Pak Kay serta Pak Ktnoz untuk menginap semalam di rumah kontrakan mereka. Latifa tidak ingin neneknya khawatir karena dirinya tidak pulang tanpa kabar.
Akhirnya Pak Kay dan Pak Ktnoz pun mengizinkan Latifa dan Salman untuk pulang malam itu juga.
Perjalanan pulang yang sangat menggembirakan. Salman pun semakin bersemangat memacu kendaraanya menembus gelap malam. Hawa dingin embus angin tak lagi terasa oleh Salman dan Latifa. Perjuangannya mendorong motor mogok di tengah guyur hujan akhirnya menemukan titik terang dari sebuah pencarian. Latifa sudah bertemu dengan dua orang rekan kapten Djack. Ini artinya sebentar lagi Mak Rini akan bertemu kembali dengan orang-orang yang dulu telah menyelamatkannya.
Tanpa terasa, perjalanan mereka pun sudah hampir sampai. Tiba-tiba motor Salman oleng setelah sebuah mobil hampir saja menyerempatnya dari belakang. Untung saja laju motor Salman tidak terlalu kencang, sehingga Salman dapat menguasai situasi. Dan rupanya mobil tersebut adalah mobil yang siang tadi membuat Latifa bermandi air comberan.
Baim, pengemudi mobil itu memang selalu sengaja mencari masalah ketika dirinya mengetahui Latifa pergi bersama Salman. Baim iri dengan Salman yang selalu bisa bersama Latifa. Padahal kalau dilihat dari segi kendaraan, Baim lebih unggul dengan mobilnya. Sedangkan Salman hanya dengan motor bututnya yang selalu menyusahkan karena mogok. "Tapi kenapa Latifa lebih memilih Salman? Apakah karena usia Salman lebih muda? Bahkan usia Salman pun terpaut hampir lima tahun dari usia Latifa. Sehingga Latifa lebih memilih Salman dari pada saya?". Berbagai pertanyaan menyelimuti hati Baim. Terkadang ia pun menganggap Latifa lebih suka brondong dari pada lelaki yang telah dewasa.***
"TRENG... TENG... TENGG... TENG.. TEENNGG..." Pekik knalpot motor tua memecah bening malam. Mak Rini segera bangkit dari duduknya. Ia menunggu kedatangan Latifa di beranda rumah. Hawa dingin embus angin tak dihiraukan lagi karena ia khawatir dengan keselamatan cucunya.
"Nenek belum tidur?" Tanya Latifa, sesaat setelah ia memasuki beranda rumah.
"Nenek nungguin kamu, Tifa. Nenek khawatir terjadi apa-apa pada kalian berdua." Lirih suara Mak Rini. "Bagaimana? Sudah ketemu dengan kapten Djack?"
"Belum, Nek. Tapi kami sudah bertemu dengan letnan Kay dan sersan Ktnoz." Tukas Salman.
"Benar, Nek. Dan menurut penjelasan mereka, saat ini kapten Djack berjualan arang disebuah pasar di dekat tempat tinggal sersan Ktnoz dan letnan Kay." Latifa menjelaskan hasil dari misi pencariannya kepada kepada sang Nenek.
"Lalu, bagaimana keadaan letnan Kay dan sersan Ktnoz?" Tanya Mak Rini kemudian, "tinggal di mana mereka?"
"Letnan Kay membuka bengkel kecil di pinggir jalan, dan di sebelahnya sersan Ktnoz berjualan kopi dengan gerobak kecilnya." jawab Latifa pelan.
Hati Mak Rini sangat miris mendengar penjelasan Latifa dan Salman, tentang orang-orang yang dulu sangat berjasa bagi negara itu. Namun ia masih bersyukur karena perjuangan Latifa mencari orang-orang yang berjasa bagi dirinya telah menemukan titik terang.
Karena malam telah larut, Salman pun pamit untuk pulang ke rumahnya. Hari ini dia tidak meminta imbalan tangki motornya penuh. Salman sudah sangat gembira bisa membantu Mak Rini dan Latifa.**
Seminggu kemudian,...
Sesuai kesepakatan sebelumnya, Salman berniat mengantar Latifa untuk mencari kapten Djack. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu tatkala ia telah sampai di depan rumah Mak Rini. Dengan darah yang mendidih, Salman melihat Latifa sedang duduk berdua dengan seorang pemuda. Dan di halaman rumah itu terparkir sebuah mobil yang beberapa hari lalu hampir mencelakainya saat pulang dari kota untuk mencari kapten Djack bersama Latifa.
"Itu 'kan, mobil yang kemarin melaju ugal-ugalan itu? Terus, untuk apa dia menemui Latifa?" Gumam Salman, kemudian ia memutar balik motornya untuk kembali pulang ke rumah. Latifa yang mengetahui hal itu, ia segera bangkit dari duduknya dan memanggil Salman. Namun Salman tak menghiraukan panggilan Latifa. Secepat kilat Salman tancap gas memacu kendaraannya melewati jalanan berbatu.
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar