PERHATIAN: Cerita di bawah ini hanyalah sebuah cerita komedi untuk hiburan semata. Mohon maaf jika ada adegan dan penulisan yang kurang sopan.
Dalam Mission of The-Les Kebes 3 - Bagian 4 yang lalu, dengan hati riang, Salman pergi ke rumah mak Rini untuk mengantarkan Latifa kembali mencari Kapten Djack di kota. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu, ketika ia sampai di depan rumah mak Rini. Sebuah mobil terparkir halaman, dan seorang pemuda duduk berdua dengan Latifa di beranda rumah.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian keempat tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.5. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2
Seminggu kemudian,...
Sesuai kesepakatan sebelumnya, Salman berniat mengantar Latifa untuk mencari kapten Djack. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu tatkala ia telah sampai di depan rumah Mak Rini. Dengan darah yang mendidih, Salman melihat Latifa sedang duduk berdua dengan seorang pemuda. Dan di halaman rumah, terparkir sebuah mobil yang beberapa hari lalu hampir mencelakainya saat pulang dari kota untuk mencari kapten Djack bersama Latifa.
"Itu 'kan, mobil yang kemarin melaju ugal-ugalan itu? Terus, untuk apa dia menemui Latifa?" Gumam Salman, kemudian ia memutar balik motornya untuk kembali ke rumah. Latifa yang mengetahui hal itu, ia segera bangkit dari duduknya dan memanggil Salman. Namun Salman tak menghiraukan panggilan Latifa. Secepat kilat Salman tancap gas memacu kendaraannya melewati jalanan berbatu.
Di tengah perjalanan, entah kesambet apa, tiba-tiba Salman berubah pikiran. "Wah, jangan-jangan ... tuch orang mau minta maaf dan memberi uang kaget, nih." Pikir Salman, kemudian berputar arah untuk kembali menuju rumah Mak Rini. Namun belum sempat motornya memasuki halaman rumah Mak Rini, mobil yang sebelumnya terparkir membelakangi jalan, saat itu sudah berbalik arah dan, "Buuummm.... Wuusshh..." mobil itu meninggalkan rumah Mak Rini.
"Eh, tadi dikasih berapa?" Tanya Salman setengah berbisik sambil menarik tangan Latifa ke halaman.
"Dikasih ini!" Sambil mengangkat sandal sebelah ke hadapan Salman, Latifa menjawab pertanyaan konyol dari Salman. "Tadi tuch dia ingin mengajakku jalan-jalan!" Pungkasnya.
"Terus, kamu mau? Kapan dia ngajak jalan-jalan? Jalan-jalan kemana? Aku ikut ya?" Berjejal pertanyaan keluar dari Mulut Salman tanpa memberi kesempatan bagi Latifa untuk menjawabnya.
"Eh, lama-lama 'ku suruh selfi sama knalpot motor kamu sambil monyongin bibir lho." Latifa semakin geregetan dengan pertanyaan-pertanyaan Salman yang mengalir deras laksana bendungan jebol itu. "Mulut kalau sudah ngomong kok seperti knalpot brong." Gerutunya.
"Hihihi....." Tawa Salman membuat Latifa cemberut dan segera beringsut masuk ke dalam rumah.
Dengan membawa secangkir teh, Mak Rini keluar dan hampir saja tertabrak oleh Latifa. "Lho, tamunya sudah pergi toh?" Tanya Mak Rini, namun tak ada jawaban dari Latifa.
"Iya, Nek. Tamunya sudah pergi dari tadi." Salman menjawab pertanyaan Mak Rini yang sebenarnya ditujukan pada Latifa. "Tehnya buat saya saja ya, Nek. Hihihi..." Tanpa menunggu jawaban dari Mak Rini, Salman segera maraih secangkir teh dari tangan Mak Rini.
"Hari ini Latifa agak nggak enak badan, katanya. Mungkin lain hari saja Nak Salman mengantarkan Latifa mencari Kapten Djack.
"Baiklah kalau begitu, Nek. Kebetulan hari ini bapak juga lagi mau memanem kangkung. Jadi hari ini aku akan membantu bapak saja." Tukas Salman, dan kemudian meminta izin pada Mak Rini untuk kembali pulang." *
Pak Ktnoz, yang dulunya adalah seorang sersan dua, kini menjadi seorang penjual kopi yang mangkal di pinggir jalan. Di sebelah warung kopi Pak Ktnoz, Pak Kay membuka bengkel kecil yang lengkap dengan peralatan tambal ban. Namun, meski saat ini nasib mereka tidak seperti yang dibayangkan orang banyak; mantan prajurit akan memiliki kehidupan yang layak karena jasanya, tetapi mereka masih tetap bersyukur bisa menikmati dan melihat masyarakat hidup aman dan damai.
Beberapa gurauan mereka terkadang juga sedikit menyindir kebijakan para penguasa. Tetapi karena jiwa juang yang masih tertancap lekat di hati, maka mereka selalu berpikir positif soal kebijakan yang ada.
"Biarlah kita terusir dari rumah negara. Bukankah hidup itu butuh perjuangan? Bukankah hidup itu perlu pengorbanan? Biar saja saat ini kita menjadi korban, tapi hidup harus selalu berjalan. Toh, Tuhan itu maha adil dan bijaksana. Selama kita masih mau ikhlas berjuang, Insya Allah, Tuhan pasti memberi kita jalan." Ujar Pak Ktnoz disela-sela mengaduk kopi yang di pesan Pak Kay.
Sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya, Pak Kay manggut-manggut meng-iyakan pernyataan Pak Ktnoz, sahabatnya. Sesekali ia menyahut perkataan Pak Ktnoz dengan ledekannya yang menyebabkan tawa mereka berdua. "Saya kehabisan rokok, sersan! Tolong lempar sebatang rokok ke sini!" Permintaan Pak Kay 'pun, segera dituruti oleh Pak Ktnoz.
"Siap, letnan!" Jawab Pak Ktnoz sambil melempar sendok yang sedang digunakan untuk mengaduk kopi. "KLUNTIING...!"
"HAHAHAHAHAAA...!" Tawa mereka pun pecah dikeheningan senja. Pengalaman konyol terkadang juga indah untuk dikenang bersama sahabat yang telah melewati suka dan duka kehidupan bersama-sama.
"DUAAARRRRR...!" Suara ledakan mengagetkan Pak Kay dan Pak Ktnoz yang sedang bergurau. Ledakan itu tepat berada di belakang Pak Kay yang sedang duduk membelakangi jalan raya. Rupanya sebuah mobil Nissan warna hitam yang lewat itu ban-nya meletus. Seorang pria berkemeja putih yang dipadu dengan celana panjang warna hitam, turun dari mobilnya dan memeriksa ban yang meletus. Dan tak lama kemudian seorang wanita juga turut turun dari mobil itu menyusul suaminya. "Sial! Ban mobilnya meletus, Ma." Kata pria itu seraya memandang sang istri. "Mana hari sudah senja, lagi." Celetuknya.
"Tuch, ada bengkel, Pa. Rupanya ada peralatan tambal ban juga." Kata sang istri sambil menunjuk sebuah bengkel kecil di seberang jalan. "Tapi pemiliknya mana ya, Pa? Kok sepi." Imbuhnya sambil clingukan memandang sekitar.
"Papa akan coba cari ke sana, Ma. Siapa tahu pemiliknya ada di dalam." Kata sang suami yang kemudian ngeloyor meninggalkan istrinya yang sedang berdiri di samping mobil.
Pak Ktnoz dan Pak Kay yang sedari tadi memperhatikan tingkah pasangan suami istri itu, sorot matanya mengikuti langkah kaki pria yang berjalan menuju ke bengkel. "Ada rizeki, tuch." Ucap Pak Ktnoz sambil memonyongkan bibir ke arah pria itu.
"Iya, nih. Kalau memang sudah rizeki, tak kan kemana yah." Balas Pak Kay dengan logat lawakannya, kemudian segera berjalan memghampiri pria berpakaian rapi itu yang sepertinya sedang butuh bantuan. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanyanya.
"Bisa tambalkan ban mobil saya?"
"Itu sih, sudah pekerjaan saya, Pak." Jawab Pak Kay dengan percaya diri.
"Saya tidak menanyakan pekerjaan Bapak. Tapi saya minta tolong sama Bapak, apa Bapak bisa menambalkan ban mobil saya?" Pria itu menjelaskan.
"Lha iya, Pak... Tambal ban itu sudah menjadi pekerjaan saya, dan tentu saja saya bisa." Pak Kay 'pun menjelaskan jawabannya.
Sementara Pak Ktnoz cekikian menahan tawa atas tingkah laku sahabatnya yang konyol itu. "Apa perlu tambahan amunisi, Letnan!?" Seru Pak Ktnoz sambil mengangkat cangkir kopi yang baru separuhnya diminum oleh Pak Kay.
"Buruan lempar ke sini, Sersan!"
Mendengar gurauan pak Kay dan pak Ktnoz tersebut, pria yang ingin menambalkan ban mobilnya itu pun ikut tertawa. "Mendengar gurauan kalian, saya jadi teringat sama rekan-rekanku waktu berjuang dulu. Tapi sayangnya saya sudah kehilangan kontak dengan mereka." Kata pria itu yang kemudian terlihat mendadak sedih.
Dalam Mission of The-Les Kebes 3 - Bagian 4 yang lalu, dengan hati riang, Salman pergi ke rumah mak Rini untuk mengantarkan Latifa kembali mencari Kapten Djack di kota. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu, ketika ia sampai di depan rumah mak Rini. Sebuah mobil terparkir halaman, dan seorang pemuda duduk berdua dengan Latifa di beranda rumah.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian keempat tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.5. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2
MISSION OF THE-LES KEBES 3
(Misi Basah Kuyup)
Bag.5
(Misi Basah Kuyup)
Bag.5
Seminggu kemudian,...
Sesuai kesepakatan sebelumnya, Salman berniat mengantar Latifa untuk mencari kapten Djack. Namun hati Salman bagai tercabik sembilu tatkala ia telah sampai di depan rumah Mak Rini. Dengan darah yang mendidih, Salman melihat Latifa sedang duduk berdua dengan seorang pemuda. Dan di halaman rumah, terparkir sebuah mobil yang beberapa hari lalu hampir mencelakainya saat pulang dari kota untuk mencari kapten Djack bersama Latifa.
"Itu 'kan, mobil yang kemarin melaju ugal-ugalan itu? Terus, untuk apa dia menemui Latifa?" Gumam Salman, kemudian ia memutar balik motornya untuk kembali ke rumah. Latifa yang mengetahui hal itu, ia segera bangkit dari duduknya dan memanggil Salman. Namun Salman tak menghiraukan panggilan Latifa. Secepat kilat Salman tancap gas memacu kendaraannya melewati jalanan berbatu.
Di tengah perjalanan, entah kesambet apa, tiba-tiba Salman berubah pikiran. "Wah, jangan-jangan ... tuch orang mau minta maaf dan memberi uang kaget, nih." Pikir Salman, kemudian berputar arah untuk kembali menuju rumah Mak Rini. Namun belum sempat motornya memasuki halaman rumah Mak Rini, mobil yang sebelumnya terparkir membelakangi jalan, saat itu sudah berbalik arah dan, "Buuummm.... Wuusshh..." mobil itu meninggalkan rumah Mak Rini.
"Eh, tadi dikasih berapa?" Tanya Salman setengah berbisik sambil menarik tangan Latifa ke halaman.
"Dikasih ini!" Sambil mengangkat sandal sebelah ke hadapan Salman, Latifa menjawab pertanyaan konyol dari Salman. "Tadi tuch dia ingin mengajakku jalan-jalan!" Pungkasnya.
"Terus, kamu mau? Kapan dia ngajak jalan-jalan? Jalan-jalan kemana? Aku ikut ya?" Berjejal pertanyaan keluar dari Mulut Salman tanpa memberi kesempatan bagi Latifa untuk menjawabnya.
"Eh, lama-lama 'ku suruh selfi sama knalpot motor kamu sambil monyongin bibir lho." Latifa semakin geregetan dengan pertanyaan-pertanyaan Salman yang mengalir deras laksana bendungan jebol itu. "Mulut kalau sudah ngomong kok seperti knalpot brong." Gerutunya.
"Hihihi....." Tawa Salman membuat Latifa cemberut dan segera beringsut masuk ke dalam rumah.
Dengan membawa secangkir teh, Mak Rini keluar dan hampir saja tertabrak oleh Latifa. "Lho, tamunya sudah pergi toh?" Tanya Mak Rini, namun tak ada jawaban dari Latifa.
"Iya, Nek. Tamunya sudah pergi dari tadi." Salman menjawab pertanyaan Mak Rini yang sebenarnya ditujukan pada Latifa. "Tehnya buat saya saja ya, Nek. Hihihi..." Tanpa menunggu jawaban dari Mak Rini, Salman segera maraih secangkir teh dari tangan Mak Rini.
"Hari ini Latifa agak nggak enak badan, katanya. Mungkin lain hari saja Nak Salman mengantarkan Latifa mencari Kapten Djack.
"Baiklah kalau begitu, Nek. Kebetulan hari ini bapak juga lagi mau memanem kangkung. Jadi hari ini aku akan membantu bapak saja." Tukas Salman, dan kemudian meminta izin pada Mak Rini untuk kembali pulang." *
Pak Ktnoz, yang dulunya adalah seorang sersan dua, kini menjadi seorang penjual kopi yang mangkal di pinggir jalan. Di sebelah warung kopi Pak Ktnoz, Pak Kay membuka bengkel kecil yang lengkap dengan peralatan tambal ban. Namun, meski saat ini nasib mereka tidak seperti yang dibayangkan orang banyak; mantan prajurit akan memiliki kehidupan yang layak karena jasanya, tetapi mereka masih tetap bersyukur bisa menikmati dan melihat masyarakat hidup aman dan damai.
Beberapa gurauan mereka terkadang juga sedikit menyindir kebijakan para penguasa. Tetapi karena jiwa juang yang masih tertancap lekat di hati, maka mereka selalu berpikir positif soal kebijakan yang ada.
"Biarlah kita terusir dari rumah negara. Bukankah hidup itu butuh perjuangan? Bukankah hidup itu perlu pengorbanan? Biar saja saat ini kita menjadi korban, tapi hidup harus selalu berjalan. Toh, Tuhan itu maha adil dan bijaksana. Selama kita masih mau ikhlas berjuang, Insya Allah, Tuhan pasti memberi kita jalan." Ujar Pak Ktnoz disela-sela mengaduk kopi yang di pesan Pak Kay.
Sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya, Pak Kay manggut-manggut meng-iyakan pernyataan Pak Ktnoz, sahabatnya. Sesekali ia menyahut perkataan Pak Ktnoz dengan ledekannya yang menyebabkan tawa mereka berdua. "Saya kehabisan rokok, sersan! Tolong lempar sebatang rokok ke sini!" Permintaan Pak Kay 'pun, segera dituruti oleh Pak Ktnoz.
"Siap, letnan!" Jawab Pak Ktnoz sambil melempar sendok yang sedang digunakan untuk mengaduk kopi. "KLUNTIING...!"
"HAHAHAHAHAAA...!" Tawa mereka pun pecah dikeheningan senja. Pengalaman konyol terkadang juga indah untuk dikenang bersama sahabat yang telah melewati suka dan duka kehidupan bersama-sama.
"DUAAARRRRR...!" Suara ledakan mengagetkan Pak Kay dan Pak Ktnoz yang sedang bergurau. Ledakan itu tepat berada di belakang Pak Kay yang sedang duduk membelakangi jalan raya. Rupanya sebuah mobil Nissan warna hitam yang lewat itu ban-nya meletus. Seorang pria berkemeja putih yang dipadu dengan celana panjang warna hitam, turun dari mobilnya dan memeriksa ban yang meletus. Dan tak lama kemudian seorang wanita juga turut turun dari mobil itu menyusul suaminya. "Sial! Ban mobilnya meletus, Ma." Kata pria itu seraya memandang sang istri. "Mana hari sudah senja, lagi." Celetuknya.
"Tuch, ada bengkel, Pa. Rupanya ada peralatan tambal ban juga." Kata sang istri sambil menunjuk sebuah bengkel kecil di seberang jalan. "Tapi pemiliknya mana ya, Pa? Kok sepi." Imbuhnya sambil clingukan memandang sekitar.
"Papa akan coba cari ke sana, Ma. Siapa tahu pemiliknya ada di dalam." Kata sang suami yang kemudian ngeloyor meninggalkan istrinya yang sedang berdiri di samping mobil.
Pak Ktnoz dan Pak Kay yang sedari tadi memperhatikan tingkah pasangan suami istri itu, sorot matanya mengikuti langkah kaki pria yang berjalan menuju ke bengkel. "Ada rizeki, tuch." Ucap Pak Ktnoz sambil memonyongkan bibir ke arah pria itu.
"Iya, nih. Kalau memang sudah rizeki, tak kan kemana yah." Balas Pak Kay dengan logat lawakannya, kemudian segera berjalan memghampiri pria berpakaian rapi itu yang sepertinya sedang butuh bantuan. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanyanya.
"Bisa tambalkan ban mobil saya?"
"Itu sih, sudah pekerjaan saya, Pak." Jawab Pak Kay dengan percaya diri.
"Saya tidak menanyakan pekerjaan Bapak. Tapi saya minta tolong sama Bapak, apa Bapak bisa menambalkan ban mobil saya?" Pria itu menjelaskan.
"Lha iya, Pak... Tambal ban itu sudah menjadi pekerjaan saya, dan tentu saja saya bisa." Pak Kay 'pun menjelaskan jawabannya.
Sementara Pak Ktnoz cekikian menahan tawa atas tingkah laku sahabatnya yang konyol itu. "Apa perlu tambahan amunisi, Letnan!?" Seru Pak Ktnoz sambil mengangkat cangkir kopi yang baru separuhnya diminum oleh Pak Kay.
"Buruan lempar ke sini, Sersan!"
Mendengar gurauan pak Kay dan pak Ktnoz tersebut, pria yang ingin menambalkan ban mobilnya itu pun ikut tertawa. "Mendengar gurauan kalian, saya jadi teringat sama rekan-rekanku waktu berjuang dulu. Tapi sayangnya saya sudah kehilangan kontak dengan mereka." Kata pria itu yang kemudian terlihat mendadak sedih.
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar