Assalamu'alaikum Wr. Wb...
.Jreeennggg.... Permisi, Om... Permisi, Tante.... Permisi, Pak... Permisi, Bu... Permisi, Mas... Mbak.... :-D
Hai manusia, hormati ibumu
Yang melahirkan dan membesarkanmu
Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyayangimu tanpa ada batasnya
Doa ibumu dikabulkan Tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan
Ridha Illahi karena ridhanya
Murka Illahi karena murkanya
Bila kau sayang pada kasihmu
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada ibumu
* Berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada seorang ibu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan.
Dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah SAW, menyebut nama "Ibumu" hingga tiga kali ketika menjawab pertanyaan dari seorang sahabat; "Kepada siapa aku harus berbakti pertama kali,?"
Nabi menjawab, "Ibumu, Ibumu, Ibumu" , barulah kemudian "Ayahmu" .**
Sungguh begitu mulia derajat seorang ibu, hingga Rasulullah menyebut nama "Ibu" sampai tiga kali, barulah kemudian "Ayah".
Karena perjuangan dan pengorbanannya dalam merawat anak-anaknya itulah yang membuat derajat seorang ibu lebih tinggi tiga tingkat dibanding ayah.
Beberapa waktu yang lalu, aku begitu terharu melihat bukti dari kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu kepada anaknya.
* Pada suatu malam di bulan Desember
Sinar redup rembulan nampak mengintip malu di balik segerombol mendung yang menggantung...( woy...!! Ini bukan sedang bersastra, woyyy...!!!)
Ups..!!!**
Malam itu, datanglah pasutri muda ke sebuah rumah makan, dengan sang istri menggendong bayinya yang kira-kira usia sang bayi belum genap satu tahun.
Setelah memesan menu makanan, sang ibu dari bayi itu berdiri dari duduknya. Awalnya aku mengira, ia akan memesan kembali menu makanan yang lain. Ternyata bukan.
Ibu muda itu berdiri dari duduknya karena sang buah hati dalam gendongannya merengek. Dan sang ibu pun meng-ayun-ayunkan buah hatinya agar diam dan tertidur. Sementara sang ayah tetap duduk sambil menikmati isapan rokoknya sambil menunggu pesanan tersaji.
Beberapa saat kemudian, menu makan malamnya telah siap santap setelah seorang pramusaji mengantarkan ke meja tempat pasutri itu.
Berniat ingin menikmati makan malam sambil duduk bersantai, Ibu muda itu kembali duduk setelah si buah hati tertidur.
Baru satu suapan masuk ke dalam mulut, si buah hati kembali merengek dan berdirilah sang ibu untuk mendiamkan buah hatinya kembali.
Hingga akhirnya, nyaman nggak nyaman, pantas nggak pantas, sang ibu makan sambil berdiri demi seorang anak agar tidak menangis dan terbangun kembali dari tidurnya.
Sedang sang ayah dengan lahapnya menikmati santapan makan malam dengan tetap dalam duduknya.
Dan, ibu muda itu pun memanggil seorang pelayan rumah makan itu untuk membungkuskan makanan yang belum habis dimakannya itu. *
** Mohon maaf. Coretan ini saya buat bukan bertujuan untuk menyudutkan seorang suami (ayah). Saya tahu, uang untuk membeli makanan itu hasil dari kerja keras sang suami. Dan sebagai seorang suami 'pun, ia juga ingin membahagiakan sang istri dengan mengajaknya makan malam di luar. (Maksudnya di rumah makan atau restoran. Bukan di halaman rumah atau bahkan di tengah jalan). hehe..
Tetapi coretan ini saya buat hanya semata-mata untuk merenungi dan turut merasakan bagaimana perjuangan, pengorbanan dan besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Makan sambil berdiri, merasa tidak pantas dilihat orang lain (makan sambil berdiri tersebut*), ia lakukan demi kenyamanan seorang anak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menghargai perjuangan dan pengorbanan seorang ibu. Dan janganlah membuat ia menderita.
Masih tega-kah kita membiarkan air matanya jatuh karena ulah kita?
Masih inginkah kita membuatnya bersedih?
Sedangkan sudah begitu besar perjuangan, pengorbanan, dan kasih sayangnya terhadap kita. Jangan sampai kita baru menuai sesal di kemudian hari setelah ibu kita telah tiada.
Marilah kita mencintai dan menyanyangi seorang ibu.
(Tapi bukan ibu2 muda atau Macan Ternak => Mama cantik anter anak, lho ya... ) :-D
Tetapi ibu kita. Ibu yang telah mengandung, melahirkan, dan merawat serta membesarkan kita.
* Mohon maaf. Saya tidak bermaksud menggurui, tetapi hanya sekedar menyampaikan uleg-uleg.
Eh, maksud saya uneg-uneg dari lubuk udel yang sering gatel hati yang paling dalam. Dalam banget pokoknya. Hingga tidak ada seorang pun yang dapat menduga dalamnya udel saya. Ups..!!
Oke lah... Mohon maaf jika ada salah kata dari tulisan saya yang carut marut seperti sarang semut, dan terima kasih atas waktunya untuk membaca coretan saya.
Akhiru kalam ...
Wasaalamu'alaikum Wr. Wb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar