Assalamu'alaikum Wr. Wb..
Sebelumnya saya ucapkan 'Taqobbalallahu minna wa minkum.Minal Aidin Wal Faizin.
Mohon maaf lahir dan batin.
Cermin; Baju Lebaran
Oleh : Djacka Artub, 04 Juli 2016
Lebaran akan segera tiba.
Dinding kusam dari papan kayu menempel pada rumah kecil di pinggir perkebunan.
Berlari anak kecil dari rumah temannya, lalu ia menghampiri sang ibu yang duduk pada bangku reot di teras rumah.
"Baju Fino dijahit ya, Bu?" Tanyanya. "Tadi aku lihat baju baru Fian. Bagus, Bu. Dibelikan ayahnya yang baru pulang dari kota." Panjang lebar ia menceritakan baju baru temannya. "Katanya untuk dipakai di hari raya besok."
Senyum terukir dari bibir sang ibunda, walau sebenarnya dalam hati menangis. "Fino pakai baju yang lama nggak apa-apa ya, Nak. Bajunya sudah Ibu jahit." Hibur sang bunda.
"Iya, Bu." Jawabnya polos. "Oiya, Bu. Kapan ayah pulang membawakan baju baru buat Fino?" Lagi-lagi sang ibu dipaksa untuk tetap tersenyum dengan pertanyaan si kecil.
Sejak Fino baru berusia 8 bulan, Fino sudah tidak bisa lagi berjumpa dengan sang ayah.
Kini Fino berusia 7 tahun. Namun di usia yang se-dini itu, sang ibu belum bisa menceritakan tentang ayahnya yang telah tiada. Hanya butiran air mata yang menghias senyum palsu ketika si buah hati menanyakan keberadaan sang ayah.
"Kenapa ibu menangis?" Dengan tangan mungilnya, ia usap pipi sang ibu yang basah oleh tetes air mata.
"Ibu hanya kelilipan tadi." Berusaha tegar, meski sebenarnya rapuh. Hanya itu yang bisa dilakukannya ketika tiap kali sang anak menanyakan perihal ayahnya.
"Nih, bajunya sudah selesai ibu jahit".
"Iya, Bu. Fino pakai besok di hari raya ya, Bu." Dengan riang, ia berlari kembali ke rumah temannya untuk bercerita baju lebaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar