PERHATIAN: Cerita di bawah ini hanyalah sebuah cerita konyol untuk hiburan semata. Mohon maaf jika ada adegan dan penulisan yang kurang sopan.
Dalam Mission of The Les Kebes (bagian8)yang lalu, kapten Djack memuji dan mengagumi rasa kemanusiaan rekan-rekan seperjuangan yang dulu berjuang bersamanya menumpas ketidakadilan. Ia terkekeh kemudian perlahan memejamkan mata.
Kepanikan dan kesedihan menjalari hati rekan-rekannya setelah kapten Djack diam tak bergerak dengan mata terpejam.
Nah, seperti apa kelanjutan cerita pada bagian kedelapan tersebut?
Yukk, kita intipin mereka dalam Mission Of The-Les Kebes 3, bag.9. di bawah ini.
Namun sebelumnya jangan lupa juga untuk membaca cerita-cerita sebelumnya dalam Mission of The-Les Kebes 1 dan Mission of The-Les Kebes 2.
MISSION OF THE-LES KEBES 3
(Misi Basah Kuyup)
Bag.9
(Misi Basah Kuyup)
Bag.9
"NGHEEENNNGGG.... SEEETTTT...!" Sebuah mobil alpard warna hitam berhenti di samping kerumunan. "Tolong Pak Nana periksa. Ada kejadian apa di situ." Kata seseorang berbadan tegap dengan tampang menawan yang duduk di bangku belakang.
"Siap, Pak!" Jawab Pak Nana, lalu turun dari kemudi. "Ada kejadian apa, Bu?" Tanya Pak Nana pada dokter Lisa yang sedang berdiri mematung menahan kesedihan.
"Kapten Djack, Pak..." Dokter Lisa menyandarkan kepalanya di pundak pak Nana.
Pak Nana yang merasa aneh dengan wanita yang baru saja ditemuinya, bahkan kenal saja belum, ia segera menghindar. "GUBRAAAKK..." Dokter Lisa terjatuh menimpa karung lusuh berisi botol bekas yang dikumpulkan kapten Djack. "Eh, maaf, Bu.." Pak Nana memegang tangan dokter Lisa dan membantunya untuk berdiri.
Dokter Agus tercengang. Ia menahan gejolak nafsu angkara murka karena terbakar api cemburu. Namun segera disingkirkannya perasaan cemburu itu tatkala melihat istrinya segera tersadar setelah berdiri, bahwa ia bersandar pada pria yang salah. "Eh, maaf, pak. Saya kira, tadi saya bersandar di pundak suami saya." Berkata ia pada pak Nana. Segera diraihnya tangan sang suami, dan tersenyum manja. Pak Nana menahan tawa. "Hegheghegheg... " Namun akhirnya terlepas juga tawa pak Nana yang tertahan.
"Ada apa, pak Nana?" Suara penuh wibawa menyapa. Putu Aditya, pria gagah yang rupawan menyusul pak Nana turun dari mobil.
Dokter Agus mengernyitkan dahi. "Pak Putu..?" Ia menunjuk pria itu sambil menyebut sebuah nama. Mak Rini tolah-toleh kebingungan.
"Dokter Agus..?" Putu Aditya, pria yang baru saja turun dari mobil alpard itu segera merangkul dokter Agus. Mereka berpelukan.
Semua yang ada di tempat itu berdiri dan saling pandang satu sama lain. Kecuali anak-anak yang terus menangisi kapten Djack yang diam tak bergerak dengan mata terpejam.
"Jadi...." Dokter Lisa menahan kata-kata seraya menujuk pak Putu Aditya.
"Benar, Bu... Saya Putu Aditya, teman seperjuangan dokter Agus." Putu Aditya menyahut perkataan dokter Lisa, "sampeyan dokter Lisa?" lalu ia balik bertanya.
"Benar, pak. Saya dokter Lisa, dan dokter Agus sekarang menjadi suami saya." Dokter Lisa menjelaskan. "O'iya. Mana Erna? Saya dengar, kalian menikah dan sudah dikaruniai seorang Putra?"
"Tuch, masih ada di dalam mobil." Putu Aditya menunjuk mobil, kemudian memberi isyarat pada Erna, istrinya, untuk turut turun.
"Kak Rizki duduk manis dulu di sisni, ya. Tuch, papa memanggil mama." Erna menasehati putranya, "jangan nakal, ya."
"Iya, Mam..." jawab Rizki sambil mengutak-atik game pokemon-GO.
Pertemuan yang tak terduga, mengulang kembali kisah kasih yang tak tersampaikan di arena tempur. Pak Ktnoz terbelalak melihat pesona kecantikan Erna yang baru saja turun dari mobil.
Gerak reflek Pak Kay menghalangi pandangan pak Ktnoz dengan telapak tangan. "Ingat. Dia sudah ada yang memiliki." Bisik Pak Kay.
"Heeemmmm..." Pak Ktnoz menghela nafas panjang. "Pemikiran anda terlalu negatif, letnan. Aku tuch melihat mobilnya. Penasaran, gimana rasanya naik mobil Bagus seperti itu." Berkacak pinggang ia di hadapan sahabatnya.
"Cieee... Marah nieee..." Pak MDn nunjuk muka pak Ktnoz yang memerah bukan karena marah. Tapi malu.
"Apa'an ciihh... Ngikut aja dech, kamu." Ditepisnya tangan pak MDn, lalu pak Ktnoz duduk di samping tubuh kapten Djack yang diam terbaring berbantalkan karung lusuh. Air matanya tiba-tiba berlinang, menetes pada tanah yang kering.
Ia mendongak ke atas, "Terima Kasih." Ucapnya setelah mengambil tisu dari tangan Erna yang diulurkan di depannya.
Seperti sebuah reuni akbar. Mereka yang hadir berkerumun, bercakap bertanya kabar masing-masing setelah sekian lama tak bersua.
Mak Rini, dokter Agus, dokter Lisa, Putu Aditya, Erna, serta pak Kay dan pak Ktnoz terlihat akrab bercakap. Pak MDn terlihat seperti anak tiri tanpa ikut membaur melepas kangen. Karena dirinya tidak mengenal orang-orang itu sebelumnya. Ia hanya duduk bersandar pada batang pohon sambil memainkan jari menggoreskan angka-angka di tanah. Kemudian pak Nana mendekati dan menemaninya mengorek-orek tanah, menorehkan angka-angka. "Di keramaian, ada orang meninggal." gumam pak MDn.
"Wah... Kayaknya aku juga akan ikut jadi jutawan, nih." Pak Nana turut bergumam, kemudian tertawa, "heghegheg..."
Latifa, Salman, dan Baim asyik bercengkrama. Mereka duduk berjajar dengan kaki menggantung di selokan.
"Kebangeten, wong-wong iki. Ada orang cari perhatian malah nggak digubris. Malah podo umek dewe-dewe. hmmmm...." Batin kapten Djack kecewa.
"BLEBB..!" Suara pintu mobil tertutup. "Pa... Ma... Ada Pikachu." Teriak Rizki, berlari dengan mata fokus memandang gadget di tangannya. Tanpa menghiraukan kerumanan dan tangis anak-anak yang meratapi nasib kapten Djack, ia tabrak kerumunan itu, dan,....
"JANGKRIK....!" Mata kapten Djack terbelalak. Ia berteriak keras saat perutnya terinjak oleh Rizki yang mengejar monster game pokemon GO.
"Hah ! Kapten Djack, Pak, ...!" Teriak dokter Lisa yang melihat kapten Djack berteriak karena ulah Rizki.
"Hussstt... Jangan berisik.! Saya ngantuk!" Celetuk kapten Djack, kemudian kembali memejamkan mata. Ngambek.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar