"Dangau kecil ini terasa sepi tanpa canda tawamu." Bergumam aku seorang diri di dalam dangau kecil beratap daun rumbia.
Aku mengenang kembali masa-masa indah yang penuh memori. Di sini, kami berteduh berdua di bawah anyaman daun rumbia yang mengayomi sebuah dangau kecil. Dangau yang berdiri di bawah pepohonan yang tumbuh di area sendang Jaka Tarub, terasa sejuk dengan embusan angin semilir.
Tapi itu dulu. Sebelum akhirnya kami terpisah karena suatu alasan.
Di tempat ini, dulu aku dipertemukan dengan Mas Bayu ketika kami sama-sama menghadiri acara reuni akbar yang diadakan pemuda-pemudi kampung untuk melepas rindu setelah sekian tahun hidup di tanah perantauan.
Sebenarnya aku dengan Mas Bayu memang bukanlah penduduk desa setempat. Kami sama-sama dari daerah desa lain yang juga berbeda daerah pula.
Waktu itu Mas Bayu diajak oleh teman seperantauannya yang berasal dari desa setempat, tempat para pemuda-pemudi kampung mengadakan reuni akbar.
Begitu pula denganku. Aku diajak oleh temanku yang juga berasal desa tempat diadakannya acara temu kangen para pemuda-pemudi perantau itu.
"Kenalkan ... Ini temanku di tanah perantauan." Kata seorang pemuda pada pemuda lain, memperkenalkan Mas Bayu. Dan temanku 'pun juga memperkenalkan aku dengan para reunian.
Keakraban dalam bincang dan canda tawa tak membatasi kami, meskipun aku berasal dari daerah lain. Begitu juga dengan Mas Bayu.
Kami semua terasa semakin dekat dalam ikat kekeluargaan.
Hingga tak kusadari, pandangan mataku tertuju pada Mas Bayu, seorang pemuda gagah, teman dari temannya temanku tersebut.
Ah... Perasaanku semakin tak menentu. Hatiku bergetar tak karuan ketika Mas Bayu juga melihatku ketika aku memperhatikannya. Tatapan tajamnya membuatku mendadak ciut nyali.
Namun pada akhirnya kami 'pun berkenalan semakin dekat. Aku dan Mas Bayu juga sempat bertukar nomer handphone, sebelum kami berpisah karena acara yang telah usai. **
Jarak tak menjadi penghalang antara aku dan Mas Bayu. Toh, kami sudah saling bertukar nomer hp.
Jika hari libur tiba, aku dan Mas Bayu berjanji untuk bertemu di tempat yang dulu dijadikan tempat acara reuni akbar. Kami saling melepas kerinduan di sendang Jaka Tarub, saksi bisu pertama kali kami bertemu.
Tak terasa, sudah hampir satu tahun aku dekat dengan Mas Bayu. Dan ketika waktu libur panjang tiba, aku dan Mas Bayu masih sering bertemu di tempat yang sama.
Namun pertemuan kali ini sungguh sangat berbeda dengan pertemuan pada haru-hari sebelumnya. Kami saling diam dan tak banyak bicara.
"Emmm .....,___" Kami saling pandang. Suara kami berdua memecah keheningan.
"Silahkan, kamu dulu yang bicara." Mas Bayu memberiku kesempatan untuk berbicara duluan setelah kami akan berucap bersama-sama.
"Mas Bay aja yang bicara duluan." Balasku, mempersilahkannya untuk mengungkapkan perasaan hatinya terlebih dulu.
Dan akhirnya Mas Bayu menyampaikan, bahwa esok hari ia akan dipindah-tugaskan di luar pulau. Dan aku 'pun, dengan berat hati harus melepas kepergiannya untuk tugas negara.***
Hari-hari kulalui tanpa Mas Bayu. Kadang aku sengaja datang ke tempat dimana kami sering bertemu. Duduk sendiri, membayangkan kebersamaan yang dulu indah.
Tanpa kusadari, kenangan indah bersama itu membawaku hanyut dalam lamunan. Hingga cahaya merah sang mata dewa nampak redup dan menutup di balik rerimbun perbukitan, aku baru beranjak meninggalkan tempat itu untuk pulang ke rumah.
Hari-hari terasa sepi tanpa ada dia. Meski banyak teman yang menghibur, tapi aku rindu kebersamaan dengan Mas Bayu.****
Tiga tahun telah berlalu....
Siang itu terik mentari begitu menyengat membakar bumi. Dedaun kering berserakan di tanah yang gersang.
Dengan niat ingin bertemu dan kembali bertatap muka untuk mencairkan kerinduan yang telah lama membeku, aku selusuri jalanan berliku di antara sawah dan ladang milik petani. Aku kembali datang ke 'Sendang Jaka Tarub'. Namun sesampainya di tempat itu, hanya beberapa orang pengunjung yang hilir mudik, sebagian yang lain sedang duduk-duduk di dangau-dangau yang berdiri di bawah rindang pepohonan. Tak kutemui Mas Bayu. Dangau kecil beratap daun rumbia yang biasa aku jadikan tempat untuk berteduh dan bercanda bersama Mas Bay 'pun masih kosong.
Aku duduk termangu seorang diri.
Setelah sekian jam aku menunggu, sebuah mobil berwarna hitam datang, berjalan perlahan dan berhenti di samping dangau, tempat aku menunggu.
Tak lama kemudian, seorang pria tampan dan gagah turun dari mobil tersebut.
Ya... Mas Bayu yang kutunggu menepati janjinya. Ia telah datang.
Rasa suka cita dan bahagia melelehkan bekuan rindu yang mendalam.
Mendadak hatiku tersentak kaget ketika melihat seorang wanita cantik menyusul turun dari mobil milik Mas Bayu. "Kenalkan, ini istriku. Maaf, jika sebelumnya aku tidak memberi kabar, bahwa aku telah menikah." Kata-kata dari Mas Bayu seakan membuatku ingin menumpahkan amarah kepadanya. Namun aku sadar, mungkin Mas Bayu juga mempunyai alasan tersendiri untuk tidak memberitahuku jika ia telah menikah.
"Selamat, ya." Kataku sambil men-jabat erat tangan Mas Bayu. Ia tersenyum dan melirik pada wanita cantik di sebelahnya.
"Kapan kamu nyusul?" Kalimat pertanyaan dari Mas Bayu membuatku tersentak kaget.
"Nyusul kemana?" Aku pun balik bertanya, "bukannya sampeyan sudah tahu kalau aku sudah punya istri?"
"O'iya, ya." Katanya, " Ya, barangkali ada niat untuk wayuh." Lanjutnya yang disertai gelak tawa, "HA HA HA..."
"Hmmmmm.... Edaann..!" Kemudian 'Ku sambut pula dengan tawa.
Siang itu kami melepas kangen setelah sekian lama terpisah. Kami duduk duduk bersama di 'Dangau' kenangan itu. Mas Bayu bersanding dengan istrinya, sedangkan duduk berhadapan dengan mereka.
Dan persahabatan 'pun kembali berlanjut dengan kehadirannya.
Entah siapa yang memberitahukan, satu persatu sahabat-sahabat kami yang lainnya pun berdatangan hingga suasana menjadi acara reuni dadakan.
TAMAT
Good Article !
BalasHapusFurniture Rotan Sintetis
Lama menunggu hingga tiga tahun berlalu, ternyata mas Bayu kembali hadir bersama pendamping hidupnya yang cantik
BalasHapusSalut deh buat si "aku"
persahabatan tetap baik, walau si "aku"
sempat kaget dan ingin meluapkan amarahnya
ok, cinta tak selamanya harus memiliki, melihat yg di cinta bahagia itu sdh cukup