Kekasih Sahabatku
By : Djacka Artub
Temaram senja terlihat samar. Lampu penerang taman kota mulai menampakkan cahayanya di antara redup mentari di senja hari.
Lalu lalang kendaraan di jalan raya mewarnai senja di akhir pekan.
Di sebuah bangku taman, seorang gadis sedang duduk dengan tatapan hampa. Seakan ada beban dalam hidupnya. "Hai, Lis. Belum pulang?" Suara sapa seorang pria mengagetkannya. Ia menoleh ke asal suara itu. "Eh, mas Jen. Belum, mas. Mau menghibur diri sejenak." Jawab gadis itu dengan sungging senyum yang dipaksakan.
"Menghibur diri?" Jeni, pemuda yang menyapanya bertanya heran karena tidak biasanya, seorang gadis bernama Lisa yang dikenalnya itu terlihat sedih. Lisa selalu ceria di tempat mereka bekerja. Bahkan Lisa sering membuat lelucon, yang membuat teman-teman kerjanya turut tertawa riang.
"Iya, mas. Menghibur diri dari kepenatan kerja. Hehehe..." Jawab Lisa menyembunyikan perasaanya.
"Sepertinya kamu bukan menghibur diri dari kepenatan." Kata Jeni menyelidik. "Kamu ada masalah?" Tanyanya kemudian.
"Yang namanya orang hidup ya pasti punya masalah dong, mas... hehehe...." Lisa kembali menimpali pertanyaan Jeni. Ia tak mau masalah pribadinya diketahui orang lain. Termasuk sahabat maupun orang terdekatnya sekalipun. Bagi Lisa, menyebarkan masalah pribadi sama halnya mengumbar aib. Apalagi menyebarkan masalahnya ke media sosial. Hal itu pantang bagi Lisa untuk melakukannya, meskipun ia pengguna aktif media sosial.
"Ya udah, kalau kamu nggak mau bercerita dengan masalahmu, aku nggak maksa kok." Jeni menyadari atas pribadi Lisa yang selalu bisa menyimpan rapat semua masalahnya. "Ayo, aku antar kamu pulang. Nggak baik seorang gadis pulang malam sendirian." Ajak Jeni menawarkan diri.
Lisa meraih tas yang diletakkan di sampingnya. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi.
"Lho, Lis. Kamu mau kemana?" Jeni semakin bingung dengan tingkah Lisa.
Mendengar pertanyaan dari Jeni, Lisa membalikkan badan, "katanya mau antar aku pulang?" Ia menjawab pertanyaan dari Jeni. Dan hal itu membuat Jeni sedikit tersenyum. Kemudian Jeni berjalan mengikuti langkah Lisa menuju tempat parkir.
Sebuah mobil toyota cayla melaju perlahan di antara kemacetan jalan raya di akhir pekan. Nampak Jeni duduk di belakang kemudi dan fokus menatap ke depan. Lisa yang berada di sampingnya 'pun hanya duduk bersandar dan menatap lampu-lampu mercury yang menerangi jalan. Mereka hanya diam dan tak banyak bicara seperti pada hari-hari biasanya.
Perlahan mobil berhenti di depan sebuah gang kecil. "Kita sudah sampai." Kata Jeni.
"Terima kasih, ya" Lisa keluar dari mobil kemudian melangkah masuk gang dan meninggalkan Jeni begitu saja.
Dengan perasaan heran, Jeni kembali melajukan mobil yang dikendarainya dengan kecepatan sedang. Dalam hatinya penuh tanya dengan perubahan Lisa yang baru saja dirasakannya. "Ada apa dengan Lisa, ya?" Ia bertanya pada diri sendiri. "Tidak biasanya Lisa bersikap seperti itu." ***
Udara pagi di hari minggu begitu segar. Jalanan terlihat sedikit lenggang tanpa kemacetan. Tidak ada rasa heran di hati Jeni yang melajukan toyota cayla-nya, karena setiap hari libur pasti jalanan begitu lenggang dan arus lalu lintas berjalan lancar. Hari ini ia akan mengunjungi rumah Hana. Hana sendiri adalah sahabat Lisa. Jeni ingin bertanya pada Hana tentang perubahan sikap Lisa.
"Assalamu'alaikum ... Hana ada, tante?" Tanya Jeni pada mamanya Hana.
"Wa'alaikum salam ... Eh, nak Jeni... Mari, silahkan masuk."
"Terima kasih, tante."
"Tunggu sebentar, ya."
"Iya, tante."
"Han ... Hana... ada Jeni mencarimu, nih..."
"Iya, Ma ... suruh tunggu sebentar..!" Jawab Hana dari dalam kamar.
Tak lama berselang, Hana keluar dari kamar. Namun hatinya begitu kecewa setelah bertemu dengan Jeni. Jeni datang ke rumah bukan untuk mengajaknya menikmati hari libur bersama, melainkan untuk menanyakan perihal perubahan sikap Lisa.
"Jadi,_ mas Jen datang ke sini cuma mau bertanya soal Lisa?" Terlihat api cemburu mulai membakar hati Hana.
"Han ... Hana..! Dengar dulu penjelasanku, Han."
"Tidak perlu kau jelaskan..!!" Hana berlari masuk kamar, dan,_"BRAAKK..!!" Suara pintu kamar ditutupnya dengan keras.
"Ada apa, nak Jeni?" Mendengar suara pintu yang tertutup keras, mamanya Hana keluar dari ruang tengah.
"Ah ... enggak, tante. Hanya ada kesalah-pahaman sedikit."
"Ya sudah... Nak Jeni yang sabar ya, menghadapi sikap Hana."
"Iya, tante. Saya permisi dulu, tante."
"Lho,... tehnya nggak diminum dulu?"
"O'iya. Terima kasih, tante."
"Sama-sama... Hati-hati di jalan ya."
"Iya, tante."
Sepulang dari rumah Hana, Jeni tak langsung menuju ke rumahnya. Namun melajukan kendaraannya menuju ke rumah Lisa. Ia ingin memastikan dengan apa yang terjadi, yang membuat sikap Lisa menjadi berubah.
Sama seperti pada pertemuan sore harinya, sikap Lisa terhadap Jeni tak seperti pada hari-hari sebelumnya. Dan saat ditanya, Lisa hanya menjawab 'Tak ada apa-apa'.
Memang tak sedang terjadi apa-apa di rumah Lisa. Sambutan ayah dan ibunya kepada Jeni juga sangat ramah. ***
Semakin hari, hubungan Jeni dan Hana semakin memburuk. Sering terjadi percekcokan di antara keduanya. Begitu pun hubungan persahabatan Lisa dan Hana. Memang tak terlihat sedang ada masalah, tetapi antara Lisa dan Hana ada sedikit perubahan dari saat-saat sebelumnya.
Hingga pada akhirnya, Jeni mengetahui bahwa Hana cemburu atas kedekatannya dengan Lisa.
Meski berkali-kali Jeni ingin menjelaskan, namun kobaran api cemburu itu telah membakar hati Hana. Dan sulit untuk dipadamkan. Sehingga sulit bagi Jeni untuk menjelaskan yang sebenarnya atas hubungannya dengan Lisa.
Menghadapi sikap Hana yang tidak mau menerima penjelasan darinya, "sekarang terserah kamu saja, Han. Aku akan terima semua keputusanmu." Jeni sudah pasrah dengan keputusan apa yang akan diambil oleh Hana.
"Baik,_ Mulai sekarang mas Jeni bebas. Bebas untuk bersama Lisa. Dan aku tak akan mengganggu hubungan kalian."
"Hana..!" Jeni menarik tangan Hana yang akan beranjak pergi. "Dengar dulu penjelasanku, Han."
"Lepaskan..!! Atau aku akan teriak.." ancam Hana.
Semua orang yang ada di cafe tempat Jeni dan Hana bertemu, memandangi mereka berdua. Perlahan Jeni melepaskan tangan Hana. ***
Hana memilih keluar dari tempat kerjanya dan mencari pekerjaan di tempat lain. Ia tak mau melihat kedekatan Jeni dan Lisa. Namun ia masih tetap berhubungan dengan Lisa melalui telepon meski ada rasa kebencian. Hal itu dilakukan agar persahabatan mereka tetap terlihat baik.
Lisa tahu alasan Hana keluar dari tempat mereka bekerja, tetapi ia memilih untuk tidak membahasnya kala bercakap dengan Hana via telepon. Suasana hati Hana masih terbakar api cemburu. Lisa menunggu waktu yang tepat untuk bertemu langsung dan berbicara dengan Hana agar masalah yang terjadi di antara mereka tak menghancurkan persahabatannya.
"Han,_ besok aku dan mas Jeni mau ke bandara. Kamu mau ikut?" Melalui pesan singkat, Lisa memberitahu Hana. "Sekalian aku mau menjelaskan semua yang terjadi ke kamu."
"Sudah lah, Lis. Masalah itu tak usah dibahas lagi. Aku sudah ikhlas mas Jeni jadi milikmu. Besok aku ada janji sama teman." Balas Hana.
"Ya ampun, Hana..." Lisa membalas singkat. Dan Hana 'pun tak membalas pesan itu lagi. ***
Pagi terakhir di bulan Desember. Sebuah mobil toyota cayla melaju kencang di jalan raya. Rupanya sang pengemudi tak ingin terlambat sampai di tempat tujuan. "Pelan-pelan saja, mas Jen." Kata seorang gadis yang ada di sampingnya. Lisa tidak ingin ketergesaan berakibat fatal.
"Kamu tenang saja, Lis. Aku sudah menguasai jalanan." Canda Jeni menjawab saran dari Lisa.
"O'iya, mas. Taksi di belakang itu dari tadi mengikuti kita terus. Siapa ya, mereka?" Kata Lisa lagi sambil menatap kaca spion.
"Itulah sebabnya kenapa aku ngebut." Sahut Jeni.
"Jadi, mas Jen juga sudah tahu?"
"Tentu saja sudah."
"Nah, kita sudah hampir sampai." Kata Jeni lagi.
Jeni memarkir mobilnya. Tak jauh dari tempat ia parkir, taksi yang sedari tadi mengikutinya juga parkir. Jeni dan Lisa segera masuk ke ruang tunggu kedatangan di bandara. Tak lama kemudian, seorang pria berkaca mata datang dengan koper di tangan dan jaket tersampir di lengan yang satunya. Senyum pria itu mengembang mengetahui Jeni dan Lisa yang berdiri menyambut kedatangannya.
"Hai, Bro... tambah ganteng aja, kau." Sambut Jeni.
"Kau ini ada-ada saja." Jawab pria yang disambutnya. "O'iya. Terima kasih sudah menjaga Lisa." Kata pria itu sambil melirik ke Lisa.
Loka, pacar Lisa yang juga sahabat Jeni, mengamanatkan pada Jeni untuk menjaga Lisa selama ia ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja ke luar negeri.
"Amanat seorang sahabat harus diutamakan." Jawab Jeni, kemudian disambut gelak tawa mereka. "HAHAHA...."
"Apa ada masalah selama aku tinggal di luar negeri?" Tanya Loka.
"Setiap manusia yang masih bernyawa, kata Lisa tetap mempunyai masalah. Hahaha..." Jawaban Jeni atas pertanyaan Loka kepadanya itu membuat Lisa tersenyum malu.
"O'iya. Aku dengar, kamu sudah punya pacar. Mana pacar kamu? Kok nggak diajak?" Tanya Loka lagi.
"Itu salah satu masalah yang terjadi selama aku mengemban amanat darimu, sobat."
"Oiya? Kalau begitu maafkan sahabatmu ini, sobat. Karena telah menambah masalahmu."
"Tenang, sobat. Aku bisa mengatasinya. Tadi kan aku sudah bilang, amanat seorang sahabat harus diutamakan."
Gurauan dua sahabat yang sudah lama berpisah, membuat lupa dengan yang lain.
"Mas Loka nggak tanya tentang keadaanku selama mas tinggal di luar negeri?" Lisa terlihat cemberut. "Kalau mas udah nggak peduli sama aku, ya sudah. Aku pergi." Kata Lisa lagi. Ia melangkah pergi.
"WOOO... HOHOHOOO.... Ada yang cemburu rupanya." Sahut Jeni melihat tingkah Lisa.
Loka yang sedari tadi hanya asyik ngobrol sama Jeni, ia segera menarik tangan Lisa dan memeluknya. "Maaf, sayang. Gara-gara asyik ngobrol sama sahabat, aku jadi tak mempedulikanmu." Bisik mesra Loka pada Lisa.
Di kejauhan, Hana melihat adegan demi adegan yang dilakukan ketiga orang itu. "Siapa pria itu? Terus apa hubungannya sama Lisa dan mas Jeni?" Hana bertanya pada diri sendiri. Namun ia hanya bisa menyaksikan dari jauh. Dan tanpa sepengetahuan Jeni dan Lisa, ia membuntuti mobil Jeni dari belakang.
"Mas Jeni,_ Lisa,_ maafkan aku yang telah berburuk sangka terhadap kalian." Lirih suara Hana di antara berjajar mobil yang terparkir.
Di antara rasa sedih dan penyesalan, Hana melangkahkan kakinya menjauh. Muka menekuk ke bawah, "BUUUMMM.... BRAKKK...!!" Langkah kaki Hana seketika terhenti.
Loka, Lisa dan Jeni yang sedang berbincang ria, terkejut dan melihat ke arah sumber suara. "Hana....!!" Suara Jeni dan Lisa bersamaan memanggil nama Hana. Hana tak mendengar panggilan itu. Dia syok.
Sebuah mobil menabrak mobil lain yang terparkir, saat menghindari dirinya yang tak fokus berjalan.
SEKIAN
Endingnya bahagia dan sedih, bahagianya Lisa bertemu sang kekasih, sedangkan sedihnya Jeni harus menerima kenyataan Hana shock.
BalasHapusKecemburuan terkadang bisa timbul kesalah pahaman, dan bisa membuat persahabatan retak seperti hubungan Lisa dan Hana, coba kalau Hana nggak menggandalkan egonya, mau mendengar penjelasan pasti semua akan baik-baik saja. Begitupun Jeni perhatian banget sih ke Lisa.
Tadi sih tak pikir Jeni sama Lisa memang ada hubungan istimewa, oalah ternyata hanya sebatas teman baik, dan Jeni menaruh perhatian karena amanat dari sahabatnya.
Nice story, masbro.. :)
Sebenarnya bukan ending yang sedih sih. Kan, setelah Hana tahu kalau sebenarnya Lisa sudah punya pacar, dan Jeni hanya mengemban amanat dari sahabatnya untuk menjaga Lisa, hubungan mereka berdua masih bisa diperbaiki kok.
HapusCuma, ceritanya aku buat menggantung saja endingnya. Hahahaha
Cemburu itu manusiawi. Tetapi cemburu yang tak beralasan juga bisa berakibat fatal.
Hubungan yang baik berawal dari komunikasi yang baik.
Bukan begitu, Nona? Hahahaha
Cinta itu sangat dahsyat ya pengaruhnya, cinta dan cemburu itu satu paket dan pengikatnya adalah rindu, kadang cinta dan cemburu sampsi mengesampingkan logika, ya semoga yang memerankan karakter Hana tidak sampai porak poranda seperti cerita di atas
BalasHapusbentengi cinta dengan kesetiaan dan keterbukaan itu kuncinya
Pengaruh cinta memang lebih dahsyat dari bom nuklir. Haha
HapusCinta mampu menyatukan sesuatu, namun juga bisa menghancurkan sesuatu.
Tinggal bagaimana cara kita dalam menerapkan cinta.
Kenapa cinta dan cemburu itu satu paket?
Karena (katanya) cemburu itu tanda cinta.
Tetapi cemburu yang tak beralaskan juga bisa menghancurkan cinta loh...
Maka, harus hati-hati dengan hati. Wkwkkwkwkwk
Ya semoga saja siapapun tidak menuai kehancuran seperti yang ada dalam cerita kisah fiksi yang ditulis oleh ngadimin gemblung di atas. 😁😁😁
kok bisa ya Mas, cuma gara2 cinta semua bisa jadi terpecah belah.., apa benar yang di katakan ti pat kay.." begilah cinta, deritanya selalu tiada akhir...",hehe
BalasHapusYa mungkin saja karena cinta mampu mengaburkan segalanya, mas.
HapusJadi ya begitulah cinta. Permasalahannya tiada akhir. Wkwkwkwk
Cemburu bumbunya cinta, tapi kalau cemburu bukan pada tempatnya akhirnya cinta akan hambar, seperti sup butut kurang garam, masakan kang Djacka.. Hehe
BalasHapusEntah kenapa baca cerita ini saya kok jadi senyum-senyum sendiri.
Cemburu bukan pada tempatnya seperti kopi campur garam. Hahaha pait asin. 😂😂😂
HapusEh, kenapa senyum2 sendiri?
Apa karena ceritanya sama dengan pengalaman nyi sanak? Hahaha
sesungguhnya kepedihan hati sesungguhnya datang akibat ulah dan prilaku diri kita sendiri, seperti halnya Hanna yang egois banget sehingga akhirnya mendapatkan kepedihan hati
BalasHapusDan sesungguhnya kehancuran yang menimpa diri kita adalah akibat dari ulah kita sendiri.
HapusBegitulah kira2 kata ustadz Kemed.. 😁😁😁
ustad kemed emang pinter ya mang
HapusIya mang.. ustadz kemed
HapusNah loh.. Hana tabrakan tuh 😅
BalasHapusCinta memang aneh, bikin gemes, bikin marah tidak jelas, bikin happy dan yang lebih fatal bisa menghancurkan persahabatan diantara sesama umat manusia.
Prinsip cinta sangat berbeda dengan prinsip rokok ya kang ?
Kalau terbakar cinta maka bisa membabi buta sedangkan jika membakar rokok semua masalah menjadi hilang he..he 😂
Ingat zaman dulu sebelum ngeblog semudah sekarang....nulis cerpen...ngantri lama di redaksi media cetak....belum lagi arogansi editornya yang kadang lebih memilih nama2 penulis yang sudah ternama...sekarang yang mendedikasikan dirinyalah yg menjadi pemenang....akses dan media sudah gak bs dimonopoli....teruslah menulis mas Djacka
BalasHapusKeren sekali mas, 5 jempol deh..
HapusAlhamdulillah ya sekarang zaman semakin canggih, sehingga kita bisa leluasa menyampaikan gagasan. Namun kita juga harus hati2, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain dari dampak kemajuan teknologi ini...
Lagian mas Jeni nanya soal cewek kok cewek, dan cewek itu ternyata temennya cewek yang mau diselidiki, dan parahnya cewek yang ditanya pacar sendiri, ya jadi salah paham kan? Seharusnya jujur dari awal dapet amanat dari mas Loka, jadi hananya gk curiga. Tapi mas Loka juga salah sih, yang bener tuh amanatnya ke hana aja, kenapa ke mas Jen? iya kan?
BalasHapusTapi ya sudahlah yg penting udah beres kan? Kalau belum kayaknya perlu di buat season 2 nya nih..
Btw endingnya kok gt doang kang? Cuma mobil nabrak.. kek di sinetron aja, haha..