Dewi Wulan Sari - bagian 4
Kategori : Fiksi
Karya : Djacka Artub
"Hmmmm ... Rupanya dia masih berani menantangku." Gumam Nyai Manyura, "CIAAAATTT....!!!" Nyai Manyura terbang ke angkasa menjebol atap padepokannya. Sejurus kemudian, embusan angin kuat menyerang lelaki berpakaian serba hitam dan berjenggot putih itu. Sekali serang, lelaki itu terpelanting dan jatuh. Daun-daun pun turut jatuh berguguran mengikuti tubuh Nyai Manyura yang menjejakkan kaki ke tanah. **
Deru suara angin dan kilatan cahaya mewarnai pertarungan kedua pendekar yang telah lama menyimpan dendam.
Dua puluh tahun yang lalu, Nyai Manyura membunuh seorang perampok yang beraksi di sebuah dusun. Namun sayang, pimpinan dari perampok itu berhasil melarikan diri ke dalam hutan. Dia lah yang kemudian menyimpan dendam pada Nyai Manyura. Tetapi lagi-lagi usahanya untuk membalaskan dendam saudaranya yang tewas di tangan Nyai Manyura selalu gagal. Bahkan setiap kali bertarung dengan Nyai Manyura, pimpinan perampok itu nyaris tewas.
Dan malam itu, pimpinan perampok itu kembali datang ke padepokan Nyai Manyura. Ia ingin menuntaskan dendam kesumatnya.
"Malam ini, aku tak akan mengampunimu.!" Seru Nyai Manyura, "CIAAATTTT....!!!" Kilatan putih memecah gelap malam. Nyai Manyura menghantam pendekar tua itu dengan selendangnya. Namun beberapa kali kibasan selendang, pendekar tua itu berhasil menepis dan menghindari serangan dari Nyai Manyura.
"Hahahaha...." Pendekar tua itu tertawa dengan kesombongan. "Jangan mengira aku mudah kau kalahkan seperti dulu, wanita tua.!" Hardiknya pada Nyai Manyura.
"Sekarang terimalah ajalmu, wanita tua.! CIAAATTT...!!" Pendekar tua itu menyerang Nyai Manyura membabi buta. Beberapa langkah Nyai Manyura mundur menghindari serangan lelaki tua itu, namun satu hantaman tenaga dalam berhasil mengenai tubuh Nyai Manyura. "DHUUGG..." Nyai Manyura jatuh terpelanting. Darah segar keluar dari mulutnya.
"Hentikan..!" Suara seorang gadis menghentikan serangan pendekar tua yang akan menghabisi nyawa Nyai Manyura. "Biar aku yang menghabisi wanita ini. Dia yang membuat nyawa kedua adikku melayang sia-sia." Dengan pedang terhunus, Dewi Wulan Sari berdiri di tengah-tengah kedua pendekar tua yang sedang bertarung itu.
"Hehehe...." Lelaki tua itu terkekeh dengan hadirnya Dewi Wulan Sari. "Rupanya banyak sekali yang menyimpan dendam padamu, Nyai." Ia kembali terkekeh penuh kesombongan. "Silahkan tuntaskan dendammu, Nduk cah ayu.." ia mempersilahkan Dewi Wulan Sari untuk menghabisi nyawa Nyai Manyura. Pendekar tua itu kembali terkekeh.
"HIYAAATTT....!!!" Tanpa disuruh dua kali, Dewi Wulan Sari menyerang Nyai Manyura dengan pedangnya.
Sekali gerakan, sampailah ujung pedang Dewi Wulan Sari ke leher Nyai Manyura. Namun secepat kilat Nyai Manyura menghindar dari serangan muridnya itu. Dewi Wulan Sari yang telah dibutakan oleh dendam kesumat, ia tak ingat lagi jasa Nyai Manyura yang telah menolong dirinya di saat terjadi perampokan yang menewaskan kedua orang tuanya.
Pendekar tua yang pertarungannya digantikan oleh Dewi Wulan Sari itu selalu terkekeh dari kejauhan, melihat pertarungan guru dan murid itu. "Ternyata aku tidak perlu mengeluarkan keringat untuk menghabisi wanita tua itu. Hehehehe..." ia tertawa penuh kemenangan. **
Hutan belantara terlihat gulita. Sesosok rembulan sesekali terlihat di antara rerimbun pepohonan yang tumbuh liar di hutan itu. Dewi Nilam Sari dan adiknya, Dewi Nawang Sari mencari celah di antara semak dan bebatuan. Berjalan dan terus berjalan tanpa arah. Terdengar pada sepasang telinga mereka, suara seseorang bertarung di tengah gelap malam. Dewi Nilam yang berjalan di depan memberi isyarat pada adiknya untuk berhenti melangkah. Suasana sunyi dari derap langkah mereka. "Ada suara orang bertarung, Kak." Bisik Dewi Nawang Sari.
"Benar." Jawab Dewi Nilam Sari 'pun berbisik.
"Mari kita lihat, Kak." Dewi Nawang mengajak kakaknya untuk melihat siapa yang sedang bertarung di tengah hutan itu.
"Baik lah...!" Kedua gadis kakak beradik itu dengan perlahan melangkah dan mengintip dari balik rerimbun semak belukar.
BERSAMBUNG....
Silahkan ngopi dulu, pemirsa... Hehe
Seharusnya dewi wulan membunuh kakek tua itu, Bukannya nyai manyura gurunya. Itu si kakek tua dalam hatinya ketawa melihat kesalahpahaman. semoga dewi nilam dan dewi nawang segera melerai dan menjelaskan, "Triak penonton yang rada salah paham ".
BalasHapuskita tunggu aja kelanjutan cerita kayaknya akan ada lagi terusannya. Jangan kemana kemana pantengin aja di chanel ini hahahaha.
Hahaha... Penerawangan yang sangat jenius, kang.
HapusApa memang karena sudah membaca episode sebelumnya ya? Kok sepertinya sudah paham dengan alurnya. Wkwkwkwk
Jujur saya belum baca Episode sebelumnya kang. Saya pun baru sadar kalau ada episode sebelumnya hehe. Kalau saya boleh beropini, menanggapi. mengapa saya paham alurnya. Bolehlah kita bahas sabil nyeruput kopi hitam. Izin lihat episode sebelumnya ya kang hehe.
HapusWah ngelawan gurunya bisa2 kualat tuh, hehee
BalasHapusApakah yg didengar kedua kakak beradik itu pertarungan guru dan murid itu, ataukah pertarungan pendekar lain?
Akankah pendekar tua kembali lagi nanti ataukah hilang ky bang toyyib?
Nah, itulah yang sedang dipikirkan oleh ngadimin. Apakah kedua gadis kakak beradik itu akan bertemu dengan kakak dan juga gurunya, ataukah mereka melihat pertarungan dari pendekar lain?
HapusUntuk lebih jelasnya, kita cari bang Toyib dulu yuk, kang. Siapa tahu bang Toyib kenal dengan pendekar tua itu. 😀😀😀😀
wah ceritanya dah sampai ke bagian 4 yg tau2 sudah ada duel nyai manyura
BalasHapuskudu membaca dari episode 1 biar bisa memahami alur ceritanya nih mas
Memang kita wajib ngopi dulu kang biar tidak terlalu serius he..he 😁
BalasHapusSaya mau titip salam sama dewi wulan sari kang, tolong bilangin salah target kalau mau membunuh nyai manyura 😪
mohon ijin sebelum baca bagian ini, saya mau baca bagian-bagian sebelumnya agar Dewi Wulan Sari nya nggak ngacow...okeh
BalasHapus