Cobaan di Bulan Ramadhan (1)
Arektuban.com, Sabtu, 27 Mei 2017.
Pagi, pada pukul 08:00, yang bertepatan dengan awal ramadhan 1438 H. saya berangkat dari rumah untuk kembali ke kota Surabaya. Dari rumah sebenarnya saya sudah merasa agak malas untuk berangkat. Namun karena kewajiban dan tanggung jawab kerja (setelah hampir 2 minggu cuti), akhirnya saya nekat untuk berangkat.
Awalnya tidak ada masalah yang terjadi. Tetapi ketika sampai di terminal angkutan desa, di situ yang biasanya banyak antrean angkutan, pada hari itu sangat sepi. Hanya ada satu angkutan yang ngetem. Dan karena belum ada penumpang dalam angkutan tersebut, saya berpikir pasti nanti akan lama menunggu angkutan untuk berangkat. Akhirnya ada seorang bapak-bapak tukang ojek yang menawarkan jasanya untuk mengantar saya ke tempat cegatan Bus Antar Kota. Dan saya pun berniat menggunakan jasa ojek tersebut.
Pada awalnya tidak ada perasaan apapun ketika saya bertanya soal ongkos ojek. Namun ketika ongkos sudah disepakati, perasaan saja jadi tidak enak. Namun karena sudah terlanjur terjadi kesepakatan, saya pun tetap menggunakan jasa ojek tersebut.
Benar saja. Ketika sudah dalam perjalanan, laju motor terasa sangat lambat. Namun saya tidak mempermasalahkan hal itu. Karena jika laju motor terlalu kenceng, pasti saya akan lebih sangat khawatir. Biar lambat asal selamat. Pikirku saat itu.
Pelan namun pasti, ojek yang saya tumpangi sampailah pada pertengahan yang kira-kira jaraknya sudah mencapai kurang lebih 15km antara tempat tujuan dan terminal angkutan awal mula saya naik ojek tersebut.
Di antara hektaran lahan pertanian yang jauh dari perkampungan, perasaan tidak enak yang mengganjal tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda akan terjadi suatu masalah. Dan benar saja, laju motor bapak tukang ojek tiba-tiba perlahan akan berhenti melaju. Tidak lama kemudian mesin motor benar-benar mati.
Apes. Motornya kehabisan bensin. Haha
Beruntung saat itu jalan menurun. Jadi, motor bisa diglondorkan. Wkwkwk. Tetapi tidak sampai jauh, jalanan menanjak. Terpaksa saya turun dari jok dan bapak tukang ojeknya juga. Bapak itu menuntun motornya ke tanjakan. Saya mengikutinya dari belakang. Melihat jalan bapak itu terlihat payah karena (maaf, kakinya cacat yang katanya habis kecelakaan), mana bapaknya sudah agak tua, akhirnya timbul rasa kasihan. Dan dengan menahan panas terik matahari, saya yang menggantikan menuntun motornya.
Karena untuk menghemat energi, setelah hampir 200 meter menuntun motor bapak tukang ojek itu, saya berhenti di bawah pohon untuk berteduh. Dan bapak tukang ojek itu menumpang pengendara lain untuk mencari penjual bensin eceran.
Tidak lama kemudian bapak itu kembali namun dengan tangan kosong. Zonk.
Bermaksud ingin cepat, tetapi malah terlambat. Akhirnya saya bayar 3/4 dari ongkos yang telah kami sepakati sebelumnya. Dan saya pun berganti di antar ke tempat tujuan oleh pengendara yang tadi mengantarkan bapak tukang ojek tersebut untuk mencari penjual bensin eceran. Tetapi tetap saja saya harus membayar ongkos lagi, separuh dari ongkos awal. Tidak apa-apa yang penting saya sampai di tempat tujuan.
Dan itulah cerita cobaan awal di awal ramadhan tahun ini.
Untuk cobaan selanjutnya akan saya share selanjutnya.
Cobaan terkadang membawa berkah, apalagi di bulan Ramadhan, hitung-hitung sedekah. Hehe
BalasHapusYa, setiap masalah yg kita hadapi, pasti akan ada hikmahnya. Apalagi di bulan ramadhan, kita harus sabar dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Hapuscobaan yang laen-laen kayanya gampang dilawan, cobaan sabar yang susah banget teh, komo yang emosian kaya sayah mah....capeh deh
HapusKalau saya mah, paling susah kalau menahan godaan janda sebelah, mang. Hahaha
HapusAda kalanya kita tidak mendengarkan kata hati, mungkin Allah sedang memberi cobaan pada kita untuk naik kelas
BalasHapusSemoga ujian dan cobaan dunia mampu mengangkat derajat Kang Djaka aamiin ...
oh ya mohon maaf lahir batin mungkin ada tulisan dan komentar Maya yang tidak berkenan, selamat menunaikan ibadah puasa
Mungkin saja karena kita mengabaikan kata hati, terkadang kita baru menyesal kemudian. Tetapi dengan sebuah kejadian yang kita alami, tentu saja ada hikmah dan pelajaran yang kita dapat.
HapusTerima kasih, mbak May... Mohon maaf juga jika ada salah dalam tulisan komentar maupun dalam hal lain yang kurang berkenan.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Kesel banget ya kang ketika kita butuh cepet.. E malah ada kendala yang lain. Tapi ini momentnya puasa. Ujian orang puasa hehe. Sebenarnya tukang ojeknya juga dapat ujian tuhh kang. Mau dapet rezeki mayann malah penumpangya kaburrr dapet sepeer empat saja hahaha
BalasHapusYa tentu saja ada rasa kesel, cak. Apalagi pas nuntun sepeda nang tanjakan. Kesel banget banget awake. Hahaha
HapusTapi karena bertepatan dg bulan suci ramadhan, ya kita anggap saja itu salah satu ujian orang berpuasa. Hehe
haha. yg sabar mas. ini apes. kalo ojeknya pake motor cbr250rr tentu hasilnya beda.
BalasHapusxbuang waktu juga ya mas?
Kalau ojeknya pakai motor CBR 250CC, mungkin saja tarifnya juga beda, mas. Hahaha
HapusCobaan memang banyak macamnya ya mas., yang penting tetap sabar bagaimanapun semua itu sudah ada yang ngatur.., dan Insya'Allah segera dapat gantinya.
BalasHapusSabar adalah hal penting dalam menghadapi suatu masalah ya, mas. Dan setiap masalah yg kita hadapi, pasti akan ada hikmahnya.
HapusMari apes., langsung entok ijol dolar ya mas., itu blognya langsung di terima adsense.., hehe
BalasHapusHehehe.... Iya, mas. Setelah sampai surabaya dan aku isi ulang paket kuota, ternyata ada notif email masuk yang memberitahukan kalau lamaranku disetujui mbah google untuk menyunting cucunya yang bernama Nense . Wkwkwkwk
HapusHmm... Mungkin di sini hikmahnya kang,
HapusMungkin saja, kang. Hehe
HapusSabar ya kang, mungkin ada hikmahnya nanti.
BalasHapusBisa jadi suatu saat nanti sampean mampir lagi ketempat tersebut dan berkenalan dengan kembang desa tersebut.. 😂
Atau mungkin dapat kenalan janda montok bin super bahenol yang naksir sampean, semuanya bisa saja terjadi kang.. 😅
Ya, semoga aja suatu hari nanti pasti kan bercahaya pintu akan terbuka dan bukan cuma hayalan ingin memetik kembang desa. Hahahha
Hapus