Secangkir Kopi di Pagi Hari
Rona jingga baru saja menampakkan cahayanya di ufuk timur. Nyanyian burung kutilang yang bertengger di atas pohon sukun yang ada di belakang rumah, terdengar begitu merdu. Sayup kudengar suara benda keras beradu hingga menimbulkan bunyi 'Klunting, klunting, klunting'. Aroma khas cairan warna hitam menyeruak menembus rongga hidung yang kemudian secara reflek, mulut pun mengucapkan kata "KOPI..!"
Tak lama kemudian, sang bidadari cantik yang dikirim oleh Tuhan untuk menemaniku berselancar di pulau kapuk, datang dengan membawa secangkir kopi.
Ya... Seperti biasa, selesai menunaikan ibadah sholat subuh, aku tak langsung beraktifitas seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang; berolah raga, lari pagi atau bahasa kerennya joging. Tetapi yang aku lakukan hanyalah duduk di teras rumah sambil menunggu kopi yang terseduh siap kunikmati.
Sambil menunggu kopi siap disajikan, kusentuh lembut sesuatu yang halus mulus di hadapanku. Dengan gerakan sentuhan ke atas lalu kembali ke bawah secara berulang-ulang, tampak sesuatu yang menggodaku untuk segera membukanya. "Ah, paling-paling cuma luarnya saja yang menggoda. Dalamnya paling juga itu-itu aja." Pikirku saat itu. Lalu aku mencoba menggerakkan lagi jariku ke atas. Mataku terbelalak melihat sesuatu yang membuatku semakin penasaran. Kemudian aku tak sabar untuk memencetnya, dan,... "Ini yang aku cari." haha
Secangkir kopi sepiring ubi tersaji dengan varian berbagai rasa dan aroma yang menggugah selera.
Ya. Sebuah blog yang berlabel Secangkir Kopi-Sepiring Ubi ini memang memiliki banyak sekali artikel yang bermanfaat. Dulu sebelum mengenal sang empunya blog, aku sudah sering membaca beberapa artikel yang disajikan. Karena aku suka dengan tulisan yang berbau sejarah, waktu itu saat aku googling menemukan sejarah Kerajaan Nusantara. Selain itu, banyak juga aku temukan artikel tentang budaya jawa, yang terangkum dalam label Kejawen.
Nah, kalau sebelumnya aku hanya sebagai penikmat 'Secangkir Kopi-Sepiring Ubi' (pembaca setia), setelah aku tergabung dengan Komunitas Blogger Tuban, akhirnya aku dapat mengenal Mbah Joyo Juwoto, sang empunya blog. Dan suatu kebanggan bagiku, karena setelah itu juga namaku masuk dalam daftar tulisan beliau.
Selain menulis di blog, Mbah Joyo Juwoto ini pun telah menerbitkan beberapa buku karya. Antara lain; Jejak Sang Rasul (2016); Secercah Cahaya Hikmah (2016), Dalang Kentrung Terakhir (2017). Dan juga menulis beberapa buku antologi bersama para penulis lain dari beberapa komunitas literasi.
Nah, bagi sahabat pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh tentang tulisan-tulisan dari 'Mbah Joyo' ini, bisa langsung menuju ke TKP-nya.
Tak terasa, cahaya mentari semakin meninggi. Suara ribut di belakang rumah, membangkitkanku dari duduk bersandar pada bangku bongkotan pring (bambu) yang ada di teras. Selesai aku puas menikmati secangkir kopi - sepiring ubi yang tersuguhkan, kemudian aku bergegas berganti baju dinas dan berpamitan pada sang bidadari jelita dan tak lupa Salim bercium tangan sebelum aku 'Budal ngarit'. HAHA
Mantap... Ternyata dengan secangkir kopi bisa menjadi inspirasi dan simbol keakraban.
BalasHapusKarena secangkir kopi tak pernah memandang siapa yang menikmatinya. (Jare Mas Arif) 😂😂😂😂
HapusSesama penikmat secangkir kopi selalu akrab dalam segala suasana. Wkwkwkk
Secangkir kopi sepiring ubi
BalasHapusKerap menjadi inspirasi
Dari cerita pendek hingga puisi
Merangkum aksara dengan rapi
Mengukir senyum membuncah hati
Setiap pembaca yang mengerti
hehe ...
ayo nulis lagi
tak enteni
Ada banyak inspirasi dari secangkir kopi. Sangat cocok dijadikan judul blog mbah joyo. Sama seperti filosofinya, blognya juga penuh inspirasi.
BalasHapus