'Rembulan ing wengi tansah hanyekseni
Endah paras manis esem lan guyumu,..'
Senandung tembang Jawa karya cipta dari Ipa Hadi Sasono, terdengar begitu indah. Malam belum begitu larut, dan sesuai janjiku kemarin kepada istriku, aku menunggu ia menidurkan si kecil terlebih dahulu. Sementara sambil menunggu aku duduk di teras rumah kontrakan sambil mendengarkan tembang-tembang Jawa yang saat ini sedang populer di kalangan masyarakat.
Rembulan ing wengi tansah hanyekseni, meneduhkan hati dan menggema dalam benakku. Terpancar dari langit yang gelap, rembulan menawarkan keindahan yang tak tertandingi, bagai lukisan alam yang dihadirkan untuk memikat setiap insan yang melihatnya.
Endah paras manis esem lan guyumu, menggambarkan lukisan rembulan yang seakan memancarkan embun yang lembut dan kilauan misterius. Sinarnya yang tak pernah padam, menjadi saksi bisu atas perjalanan waktu. Seolah menjadi lambang keabadian cinta, selayaknya pujangga yang menyanjung perasaan yang mendalam dalam puisi-puisinya.
Tak hanya rembulan, bintang pun ikut menyemarakkan langit kala malam. Kemilau bintang-bintang yang tak jemu memancarkan sinar, benar-benar melengkapi keindahan pemandangan langit malam itu. Seperti paduan harmonis antara rembulan dan bintang, mengundang hati untuk selalu menikmati puisi alam yang tak habis-habisnya diciptakan oleh Tuhan.
Dalam setiap hela nafas, aku bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk menyaksikan keindahan rembulan dan langit malam yang mempesona. Betapa seringkali kita lupa untuk menghargai keajaiban di sekitar kita, terlebih pada malam-malam yang damai. Semoga, kita senantiasa memelihara rasa syukur dan tak henti-hentinya menikmati keindahan yang disuguhkan oleh alam semesta.
Rembulan di atas sana kulihat sedang memancarkan cahayanya yang begitu terang. Tiada sehelai awan 'pun yang hendak menghalangi pancaran cahaya rembulan untuk menerangi gelapnya malam. Aku masih duduk bersandar di kursi bambu yang sengaja aku letakkan di teras untuk sejenak beristirahat selepas pulang kerja. Sesekali kepulan asap rokok yang aku isap menyembul ke udara. Secangkir kopi turut menemaniku menanti tiba waktunya setelah si kecil terlelap dalam tidurnya. Seteguk demi seteguk 'Ku teguk kopi hitam kental favorit ku.
'Telaga yang tenang di bawah cahaya rembulan.' tetiba gairahku bergejolak, hasrat yang terpendam kembali mencuat ke permukaan. Dan, … 'Kuraih ponsel yang tergeletak bersanding dengan sebungkus rokok filter.
REMBULAN
Lekat aku menatap, secercah cahaya terang benderang menerangi seluruh alam.
Cahaya itu hadir dan menembus setiap sudut, membelai taman-taman yang selama ini terpendam dalam gelap.
Betapa alam terlihat begitu indah tatkala berkilau di dalam cahaya kehidupan ini.
Dalam keheningan yang sempat mengusik, terdengar bisikan angin yang mengiringi perjalanan cahaya.
Bagaikan irama harmoni alam, yang berkolaborasi dengan perbedaan.
Guruh boleh menggelegar. Dan desir angin 'pun boleh mengoyak ketenangan dedaunan.
Namun di balik itu akan hadir nikmat dari keseimbangan dunia.
Aku terpaku menyaksikan fenomena alam yang sangat mempesona.
Namun demikian, dalam kekaguman ini pula timbulah pertanyaan yang mendalam.
Apakah kehadiran cahaya ini hanya menjadi panggung semu bagi kehidupan?
Bagaimana jika suatu saat cahaya itu pudar dan kegelapan kembali menyelimuti?
Bagaimana kita menyikapi keindahan yang terekspos itu?
Banyak pertimbangan yang mengusung kejelasan di tengah pendaran sinar emas itu.
Cahaya rembulan masih setia menemaniku ketika sebuah tulisan tentangnya selesai aku buat. Dan sinar emas itu semakin kuperhatikan, ia semakin mempesona. Anganku kembali melayang kemana-mana. Namun segera kutepis sebelum aku terlalu larut dalam bayangan wajah seseorang selain istriku.
Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan kembali membaca tulisanku tentang rembulan tersebut. Tetapi aku justru semakin bingung. Maksudnya apa coba? Sesekali kubaca ulang tulisanku, lalu kupandangi rembulan di atas sana. Semakin lama aku amati, seakan ia tersenyum kepadaku. Namun aku tidak tahu, apakah ia tersenyum manis, ataukah ia tersenyum sinis dan menertawaiku yang sedang terombang-ambing oleh perasaanku sendiri.
Suasana malam semakin sepi. Aku segera masuk ke dalam rumah dan kemudian menengok istri dan anakku di kamar.
"Lhadalaaa… lak tenan toh,..." Kulihat istriku sudah tertidur pulas memeluk si kecil. Begitupun dengan si kecil, ia terlihat sangat nyaman dan tertidur pulas di pelukan sang ibunda. Aku tidak berani membangunkan istriku, takut si kecil turut terbangun.
"Ah, mungkin malam ini aku sedang diberi kesempatan yang langka dan berharga untuk menemani rembulan yang sedang menampakkan kilau indahnya di langit. Betapa beruntungnya diriku bisa menyaksikan pemandangan semacam ini," gumamku dalam hati, lalu kembali duduk dengan perasaan kagum yang mendalam.
Memandang indahnya kilau keemasan yang berada jauh di atas sana, perasaan damai mulai menyelimuti pikiranku. Rembulan yang bersinar terang di langit malam ini, mengingatkanku akan berbagai cerita legenda dan mitos yang menggambarkan keindahan rembulan. Itu menjadi simbol kecantikan, cinta, dan misteri yang sering diceritakan dalam berbagai budaya.
Selain menikmati kilauan rembulan, aku juga menyaksikan bintang-bintang yang berkelap-kelip di kejauhan, seperti bunga emas yang bertebaran di kain hitam pekat. Pemandangan ini pun menjadi saksi akan sejarah alam semesta yang begitu luas dan maha hebat. Berbagai teori sejarah dan ilmu pengetahuan tentang bintang dan bagaimana mereka berkontribusi pada terbentuknya tata surya kita, terlintas dalam benakku.
Malam ini, aku bisa merasakan ikatan emosional dengan langit dan seluruh keajaiban yang ada di dalamnya. Perasaan ini yang membuatku merenung dan menjadikan momen ini lebih dari sekadar mengagumi cahaya indah di langit malam. Ini adalah pengalaman yang membuka mataku akan keindahan alam semesta yang selama ini mungkin sering kulewatkan begitu saja.
Kembali duduk di tempatku dan memandangi indahnya pemandangan di langit, aku merenung tentang betapa pentingnya momen refleksi seperti ini dalam kehidupan kita. Kita seringkali terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari dan melupakan untuk menyempatkan waktu menikmati keindahan alam yang ada di sekitar kita. Malam ini, aku belajar untuk lebih menghargai keindahan yang ada di langit dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk menikmati kemegahan alam semesta ini.
Selingkuh bersama rembulan, mencumbunya wkwk
BalasHapusSalah sendiri ditinggal tidur. Wkwkwkwwk
HapusDaripada selingkuh sama Gea, nanti malah ruwet. Mending sama rembulan. Haha
Sedikit waktu yang berarti untuk bersama rembulan yee kang jack.😁😁
BalasHapusSiapa tahu dari berinspirasi dengan rembulan ada jalan terbuka untuk mencari solusi agar mendapatkan Rondo lagi.🤣🤣
Hahaha,... Justru rembulan di atas buah inspirasi dari Rondo yg baru saja didapatkan, kang. 😂😂😂
Hapus