Terjebak Perasaan Ketika Mencari Jawaban
"Mas, kamu sudah mendapatkan informasi tentang seseorang yang telah menolong kita?" Di tengah-tengah keceriaan kami bermain bersama si kecil, tiba-tiba istriku membuka obrolan. Ia penasaran dengan sosok misterius yang telah melakukan perbuatan baik beberapa waktu yang lalu. Sudah hampir beberapa bulan sejak kami mendapatkan bantuan yang entah dari siapa, yang tiba-tiba muncul ketika situasi cukup sulit akibat terbatasnya situasi ekonomi.
Kisah ini mengingatkan kami tentang kebaikan yang tak terduga, seperti yang ada di film-film. Misteri ini membuat kami ingin mencari tahu siapa pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Beberapa teman dan tetangga sudah kami mintai informasi pada waktu luang kami, namun belum ada satu pun yang tahu dengan pasti siapa yang telah menolong kami. Kabar tersebut bahkan menjadi pembicaraan hangat di lingkungan kami, mencari tahu siapa sosok yang penuh dedikasi dan menyisihkan sebagian rezekinya untuk membantu sesama.
Namun, berbeda dengan kebanyakan orang, istriku tidak ingin berhenti sampai di situ saja. Selain ingin berterima kasih secara langsung atas bantuan yang diberikan, ia juga berkeinginan untuk mengenal lebih jauh penolong misterius tersebut. Apakah dibalik kebaikan yang ditunjukkan oleh sosok ini terdapat cerita yang mengharukan? Atau mungkin kita bisa belajar sesuatu dari kebaikan yang disembunyikan tersebut?
Untuk mencari tahu lebih dalam, kami memutuskan untuk menggali berbagai sudut pandang dalam mengungkap misteri ini. Mulai dari melakukan observasi di lingkungan sekitar, mencari informasi dari media sosial, hingga berbicara dengan orang-orang yang aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Kami yakin bahwa di balik setiap tindakan baik yang dilakukan penolong misterius ini, ada alasan yang mendorong mereka untuk benar-benar peduli dan ingin mengambil bagian dalam meringankan beban orang lain.
Hingga saat ini, meskipun kami belum berhasil mengungkap identitas penolong misterius tersebut, pencarian kami telah membuka mata kami tentang berbagai bentuk kebaikan yang ada di sekitar. Ternyata banyak orang yang berusaha membantu dengan cara mereka sendiri, dengan kasih sayang yang tulus dan perjuangan yang gigih. Dan mungkin, satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah bahwa dalam situasi sulit, kebaikan yang tulus bisa muncul bahkan dari seseorang yang tidak kita duga.
Dalam keadaan yang tak terduga, tiba-tiba aku teringat tentang pengirim pesan misterius di ponselku waktu itu. Yang pertama, aku mendapatkan pesan singkat dari orang yang tak kukenal ketika aku sedang beristirahat siang waktu kerja. Kemudian yang kedua ketika aku sedang berada di rumah sakit saat menunggui putriku yang butuh transplantasi darah.
Curiga. Aku mulai mencurigai bahwa penolong misterius yang selama ini kami cari adalah si pengirim pesan misterius itu. Keadaan rumah sudah sepi. Istri dan putriku sudah terlelap dalam tidurnya. Sementara aku masih klepas-klepus dengan sigaret yang selalu setia menemaniku sambil memikirkan misteri-misteri yang beberapa hari belakangan ini hinggap di kehidupanku.
"Terima kasih, ya," ucapku pada sambungan telepon ke nomor yang selama ini berkirim pesan kepadaku. Aku sengaja menghubungi nomor itu untuk berbicara secara langsung. "Setelah beberapa kejadian yang kualami, aku semakin yakin bahwa yang berkirim pesan singkat dengan sangat peduli pada waktu itu adalah kamu, Gea," ucapku kemudian.
"Sedang mimpi apa kamu, malam-malam menghubungi aku dan tiba-tiba mengucapkan terima kasih?" Jawabnya ketus, "dan kenapa baru sekarang kamu menghubungi aku?" Ia mencercaku.
"Maafkan aku, Gea," ucapku penuh penyesalan, "sebenarnya sejak awal aku sudah menduga yang berkirim pesan singkat pada siang itu adalah kamu. Tetapi aku juga masih meragukannya."
"Terus, ucapan terima kasih itu untuk apa?" Ia masih tetap mengelak dan tak mau mengakui, seolah-olah ia tak melakukan apa-apa untukku.
"Terima kasih kamu masih peduli terhadapku." Kataku, "dan kamu telah menolong putriku yang sedang membutuhkan pertolongan," sambungku kemudian.
"Ber-terimakasih-lah sama Tuhan, karena masih ada orang yang peduli sama kamu." Jawabnya dengan nada kurang bersahabat. "Kalau berterima kasih sama aku, kamu salah. Karena aku tidak pernah melakukan apa-apa. Apalagi menolong putri kamu." Lanjutnya, "dan untuk apa aku harus mempedulikan orang yang sudah tidak peduli terhadapku?"
Pembicaraan 'pun selesai setelah orang yang aku hubungi lewat sambungan telepon tersebut menutup teleponnya. Dan orang itu benar-benar Gea, karena aku tidak pernah lupa dengan suaranya. Tetapi nada bicaranya tidak seperti Gea yang aku kenal sebelumnya. Gea yang dulu sangat lemah lembut, tetapi kali ini nada bicaranya lumayan kasar terhadapku.
"Kalau bukan Gea, terus siapa yang melunasi biaya perawatan Della?" Aku terus berpikir dan bertanya pada diri sendiri.
Hampir semalaman aku masih memikirkan segalanya dengan isi kepala yang penuh pertanyaan. Tentang siapa yang selama ini telah menolong kami, apakah itu teman dekat atau orang yang belum kukenal sebelumnya. Apakah mereka hendak menuntun kami dalam arah yang benar, atau justru memiliki motif tersembunyi yang belum terungkap. Selain itu, aku mulai merenung tentang berbagai peristiwa serta petunjuk yang kudapatkan ketika menerima pesan dari Gea, yang mengatakan apakah aku akan kukuh pendirian dan tak menghubunginya ketika aku butuh bantuan. Aku mencoba mencari benang merah yang mungkin bisa membantu menjawab sejumlah pertanyaan yang menghantui pikiran.
Selain misteri yang melingkupi penolong misterius kami, ada satu hal lagi yang mengganggu pikiranku, yaitu sikap Gea yang kurasakan ada perubahan terhadapku. Gea adalah orang yang selama ini pernah cukup dekat denganku. Namun, karena beberapa peristiwa sehingga menyebabkan ada jarak yang terbentuk diantara kami. Tetapi meskipun begitu, baru pertama ini kurasakan sikap Gea penuh perubahan. Apakah ada sesuatu yang salah dengan ucapanku, atau justru ada kekhawatiran Gea yang belum diungkapkannya?
Malam semakin larut, dan pikiran ini terus berkecamuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Apakah perubahan sikap Gea berkaitan dengan siapa yang telah menolong kami selama ini? Adakah kemungkinan Gea tahu sesuatu tentang semua itu, atau malah ada keterlibatan di dalamnya? Analisis dari sudut pandang yang berbeda ini membuat semakin sulit untuk menyusun potongan-potongan informasi yang ada.
Seiring fajar mulai merekah, akhirnya terbersit tekad dalam hati untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi ini. Aku menyadari bahwa langkah pertama adalah membicarakan perasaan dan kekhawatiran ini kepada Gea, untuk mencari tahu apakah ada kesalahan yang tidak kubaca selama ini. Selanjutnya, dengan bekal kejujuran dan keberanian, aku bertekad menyelidiki misteri yang telah menemani keluarga kami sepanjang perjalanan.
Di hari baru yang penuh harapan ini, aku siap menghadapi hal dengan hati yang lebih kuat. Semoga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikiranku ini akan segera terungkap, dan kedamaian akan menyertai kami di setiap langkah.
Berbekal tekad, aku mencoba menghubungi Gea kembali. Dan tentu saja tanpa sepengetahuan istriku untuk menghindari kecurigaan bahwa aku pernah dekat dengan orang yang hendak kuajak bicara. Namun beberapa kali aku mencoba, selalu saja panggilan telepon yang kulakukan rejected.
Aku tidak menyerah, lalu aku mencoba untuk mencari cara lain agar segala yang menjadi beban pikiranku saat ini bisa sampai kepada Gea. Kemudian, aku mengirimkan pesan singkat kepadanya dengan harapan dapat menggantikan percakapan yang hendak kusampaikan melalui telepon. Aku mengetik pesan tersebut dengan hati-hati, memilih kata-kata yang tepat agar Gea paham maksud dari pesanku.
"Sebelumnya aku minta maaf, Gea. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk tidak peduli lagi padamu, tetapi kamu tahu 'kan, posisiku saat ini yang begitu sulit dan rumit? Aku merasa tidak ada pilihan lain selain mengirimkan pesan singkat ini kepadamu, mengungkapkan perasaan dan situasi yang kuhadapi saat ini." Pesanku berisi permintaan maaf dan penjelasan mengenai posisi yang sedang kuhadapi saat ini.
"Aku sudah mencoba berkali-kali menghubungimu dengan panggilan telepon, berharap kita bisa saling berbicara dan menyelesaikan masalah kita ini. Tetapi sayangnya, setiap usaha yang kulakukan terasa sia-sia karena panggilanku selalu ditolak olehmu. Rasanya hatiku hancur berkeping-keping karena tidak bisa mendengar secara langsung apa yang menjadi masalahmu." Kukirimkan pesan singkat selanjutnya kepada Gea.
Namun demikian, meski pesan singkat yang kukirimkan berhasil sampai kepadanya, namun kenyataannya malah membuatku semakin gelisah. Pesanku hanya dibaca oleh Gea, tanpa suatu balasan apapun darinya. Sepertinya Gea masih belum bisa menerima dan memahami situasi yang aku alami saat ini. Hal ini membuatku berpikir: apakah aku harus mengirim pesan lagi dengan penjelasan yang lebih lengkap? Atau mungkin aku harus memberikan waktu untuk Gea agar meresapi pesan yang telah aku sampaikan?
Saat ini, rasa gelisah yang menyelimuti hatiku semakin tak tertahankan. Meski aku sudah berkeluarga, namun dari lubuk hati yang paling dalam aku menjadi takut kehilangan Gea untuk yang kesekian kalinya. Entahlah, mengapa saat ini aku merasakan adanya getaran aneh dari hatiku ketika mendapati perubahan sikap Gea belakangan ini. Kini aku telah terjebak oleh perasaanku sendiri. Aku terjebak oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum aku ketemukan jawabannya.
Harapan terbesarku saat ini adalah terlebih dahulu aku dan Gea bisa segera menyelesaikan masalah ini, berbicara secara terbuka, dan kembali berhubungan seperti sediakala.
Rupanya Ayahnya Della tukang kelepus-klepus juga, sama seperti saya, wkwk
BalasHapusHmm jadi Gea tak mengakui ya bahwa dia penolongnya, terus siapa lagi yg perlu ditebak, pemerannya cuma ada 4.
Dan pertahanan si Aku mulai goyah, dia mulai merasakan takut akan kehilangan Gea. Kuat dugaan, Della bakal punya mamah baru, haha..
Tanpa klepas klepus, mustahil ayahnya Della dapat menyampaikan unek²nya sampai sepanjang 1.300-an kata di atas. Wkwkwkwwk
HapusPemeran utama memang cuma ada 4, tapi tentu saja ada pemeran figuran di belakang.
Ah, itu hanya dugaan sampean saja, kang. Dalam cerita ini, semakin ditebak maka alur ceritanya akan menjadi lain. Haha