Gea Sang Customer Care - 2
Bab 1
"Ma, sebaiknya Mama memperlakukan Della sama seperti karyawati lainnya, kasihan dia kalau timbul rasa iri dan kecemburuan sosial diantara mereka," Aku berkata pada istriku Gea, pada suatu malam selepas tutup restoran yang kami kelola.
Della adalah karyawati yang baru beberapa bulan bekerja di tempat kami. Tetapi entah mengapa istriku memperlakukan Della lebih istimewa dari karyawati lainnya. Mungkin karena Della masih di bawah umur namun sudah belajar hidup mandiri, atau entah karena ada alasan lainnya sehingga Gea bersikap seperti itu terhadap Della.
"Saya memang memperlakukan Della istimewa karena dia masih remaja dan butuh pengertian lebih," jawab Gea sambil mengambil gelas minuman dari meja.
"Aku paham, tapi di tempat kerja semuanya haruslah sama dan adil, jangan sampai menimbulkan ketimpangan atau bahkan saling iri dan benci," Aku mencoba menasihati.
Gea mengangguk mengerti, "Baiklah, mulai besok saya akan memperlakukan Della sama seperti karyawan lainnya. Tapi, aku juga harus mengakui bahwa Della memang berbeda dari karyawan lainnya. Dia lebih mandiri dan tangguh, meskipun dia masih muda."
"Mungkin kamu bisa mencoba memberikan tugas yang lebih menantang padanya, seperti mengatur acara atau memesan kebutuhan restoran. Siapa tahu dia bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan meningkatkan kinerja restoran kita," Saranku.
"Bagus ide itu, aku akan coba memberikan tugas yang lebih menantang pada Della. Semoga dia bisa berkembang dengan baik dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya." Jawab Gea.
Aku berharap seluruh karyawan di restoran kami bekerja dengan baik dan merasa dihargai. Menjaga ketertiban dan kesetaraan di tempat kerja akan membantu restoran kami berkembang dan mempertahankan pelanggan setia yang selalu datang.
****
"Pa,..." panggil Gea sambil berusaha bangkit dari rebahan di kasur. Sementara aku baru saja selesai mandi.
"Iya, Ma," jawabku sambil mengelap rambut dengan handuk.
"Aku ingin mengutarakan sesuatu, tapi Papa jangan tersinggung yah."
"Memangnya Mama mau mengatakan apa? katakan saja,"
Aku menjawab dengan santai sembari berjalan mendekat kearah Gea yang nampak sedikit gugup.
"Begini, Pa, kita sudah menikah dan hidup bersama selama 15 tahun. Kita sudah memiliki beberapa barang elektronik dan perabot rumah tangga yang cukup lengkap, bahkan lebih dari cukup," lanjut Gea.
"Iya, dan apa yang ingin Mama sampaikan?" tanyaku sambil merangkul Gea.
"Bolehkah kita memberikan sedikit bantuan pada orang-orang yang lebih membutuhkan?"
"Sangat boleh, Mama. Apa yang Mama pikirkan?" kataku dengan semakin merasa penasaran.
Gea tersenyum simpul, "Aku berpikir, bagaimana jika kita menyalurkan beberapa perabot rumah tangga dan elektronik yang masih dalam kondisi baik namun jarang kita gunakan, kepada orang-orang yang lebih membutuhkan?"
"Ide bagus sekali Mama, saya sangat mendukung. Yah, kita bisa mulai dari mana nih?" kataku dengan rasa senang dan bangga pada istriku.
"Aku sudah bertanya pada beberapa tetangga dan teman-temanku, ada beberapa orang yang membutuhkan hal yang kita punya. Selain itu, aku sudah menelusuri beberapa yayasan sosial juga, kita bisa menghubungi mereka," jawab Gea.
"Aku akan bantu mencarikan yayasan sosial yang terpercaya dan segera kita langsung tindak lanjuti ini. Usaha kita tentu akan sangat membantu orang-orang yang membutuhkan, baik secara langsung maupun tak langsung," kataku sambil mengelus rambut istriku.
Kami berkomitmen untuk tetap berbagi dan membantu orang lain yang membutuhkan, baik secara material maupun dengan cara sepenuh hati. Menjadi lebih peka dan peduli pada orang di sekitar kita adalah sikap yang baik dan patut dipertahankan.
Aku sangat bangga pada Gea yang memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Mungkin karena Almarhum ayahnya dulu juga pernah menyumbangkan seluruh harta kekayaannya untuk kepentingan sosial, sehingga hal itu itu pun diwarisi oleh Gea. Atau mungkin juga ayahnya dahulu pernah mengajarkan hal tersebut kepada Gea, istriku tercinta.
Aku mengingat kembali salah satu obrolan dulu bersama Gea tentang ayahnya. Saat itu, Gea menceritakan bagaimana ayahnya pernah memimpin sebuah jaringan terlarang. Namun di akhir hidupnya, ayahnya berpesan kepada Gea agar mendonasikan seluruh harta kekayaannya untuk kepentingan sosial dan juga untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
Memang, kepedulian ayahnya terhadap sesama sangat tinggi. Namun, aku juga melihat hal ini sebagai dampak dari pendidikan yang diterima oleh Gea di keluarganya sejak kecil. Keluarganya selalu aktif terlibat dalam kegiatan sosial, termasuk Gea yang terlibat dalam program menjadi sukarelawan saat masih berstatus sebagai mahasiswa.
Aku merasa senang dan berterima kasih pada Gea yang memiliki kepedulian sosial tinggi seperti itu. Gea sendiri juga sangat terkesan dengan dukunganku dan bahkan menyampaikan terima kasih karena ide tersebut didukung olehku.
Setelah sepakat untuk melakukan donasi barang, kami segera membuat daftar barang secara detail yang akan kita sumbangkan. Kami memilih barang-barang yang masih baik dan dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
Kami mengumpulkan semua barang ke dalam sebuah kotak dan berkemas untuk menuju ke yayasan sosial terdekat. Setelah melepas barang-barang yang akan disumbangkan, kami merasa lega karena telah memberikan sumbangan dan bantuan untuk sesama.
Namun, itulah yang dinamakan berbagi. Tak hanya rasa bahagia yang diperoleh oleh orang yang diberi, tetapi juga rasa bahagia yang diberikan oleh orang yang berbagi. Melihat kepuasan yang dirasakan oleh Gea serta adanya rasa kebersamaan dan kepedulian dalam hubungan kami, membuat kami semakin mencintai satu sama lain.
Selepas menyerahkan barang-barang yang kami sumbangkan ke yayasan sosial, aku dan Gea langsung balik menuju restoran kami. Namun dalam perjalanan, kulihat masih ada sesuatu yang mengganjal di hati Gea. "Mama tidak ikhlas menyumbangkan barang-barang milik kita?" tanyaku kepadanya.
Gea terperanjat dari lamunannya. "Tidak ikhlas bagaimana sih, Pa? kan aku sendiri yang punya ide."
"Lalu kenapa Mama seperti masih memikirkan sesuatu?"
"Sebenarnya apa yang telah kita lakukan barusan adalah hanya sebagian kecil ide yang hendak aku utarakan ke Papa," jawab Gea dengan rasa sedih di matanya.
"Ada lagi ide lainnya? ceritakanlah kepada Papa," ujarku dengan rasa penasaran.
Gea memandangku dengan wajah langsung fokus, "Aku merasa apapun yang telah kita lakukan barusan adalah hanya sebagian kecil dari apa yang kita bisa berikan dan lakukan untuk sesama. Aku ingin melakukan lebih banyak lagi dan aku merasa bahwa kita bisa melakukan lebih banyak lagi."
Aku mengangguk tanda persetujuan, "Tentu saja, Mama. Aku juga ingin melakukan lebih banyak lagi untuk orang-orang yang membutuhkan."
********
Untuk membaca novel ini di bagian satu, silahkan klik link di bawah ini ya 👇
Tidak ada komentar:
Posting Komentar