Gea Sang Customer Care - 2
Sekitar pukul sebelas siang, aku dan Gea sampai di restoran tempat usaha kami. Perasaan lega karena sudah berbagi kepada yang membutuhkan, mendonasikan sebagian barang-barang milik kami untuk yayasan sosial.
"Pa, ada apa ini kok seperti ada keributan di belakang?" Tanya Gea ketika tiba-tiba terdengar suara orang ribut di bagian dapur restoran.
Ketika aku memperhatikan situasi di dapur, ternyata chef kami sedang cekcok dengan salah satu karyawannya. Chef terlihat sangat marah, sementara karyawan yang lain berdiri di sekitar dapur sambil menatap dengan penuh perhatian.
Aku mencoba menghampiri chef dan karyawan tersebut dengan tujuan untuk memediasi dan mengatasi masalah yang terjadi. Setelah beberapa saat mencoba memahami situasinya, akhirnya aku mengetahui bahwa penyebab keributan adalah kelalaian karyawan dalam mengambil order dari pelanggan. Chef merasa kecewa dan panas karena pesanan tersebut merupakan pesanan penting dari pelanggan tetap.
Saat itu, aku merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini karena situasinya berada di restoran kami. Segera aku memberikan solusi praktis, yaitu mengganti pesanan yang salah dengan gratis. Dengan sedikit negosiasi dan penjelasan mengenai pentingnya pelayanan dan hubungan baik dengan pelanggan, akhirnya karyawan tersebut meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Setelah situasi mereda dan suasana di dapur menjadi lebih kondusif, aku dan Gea berkumpul bersama karyawan yang lain untuk makan siang bersama. Kami menikmati makanan yang kali ini kembali disajikan dengan sempurna oleh karyawan yang tadi masih sempat membuat kesalahan. Kami berbicara ringan dan menikmati makan siang bersama.
Memang, menjadi seorang pengusaha restoran bukan hanya tentang menjadi bos yang mengambil keputusan atau meraih keuntungan besar, tetapi juga memiliki kewajiban untuk membantu karyawan dan menjaga kestabilan situasi di dalam restoran agar tetap kondusif dan nyaman untuk dikelola. Saya merasa lega dan bahagia berhasil menyelesaikan masalah dengan baik dan tanpa menimbulkan konflik yang lebih besar.
"Della mana, Ma?" tanyaku pada Gea sambil memutar mata mencari keberadaan Della, "kenapa dia tidak ikut makan siang bersama?" lanjutku kemudian.
Gea pun baru menyadari jika ada salah satu karyawan yang baru saja membuat kesalahan tersebut tidak ikut bergabung untuk makan siang. "Iya ya, Pa. Della kemana ya?"
Aku dan Gea langsung mencari keberadaan Della setelah selesai makan siang. Kami menemukan Della sedang terduduk merenung di pojok ruang dapur restoran. Kemudian aku mengambil kesempatan tersebut untuk membicarakan masalah yang lebih dalam dengan Gea, "Sebenarnya aku sudah sejak beberapa terakhir ini merasa ada yang salah dengan keadaan Della. Dia terlihat tidak ceria seperti biasanya dan ia juga sering membuat kesalahan akhir-akhir ini."
"Kita harus berbicara dengannya dan mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi," sambungku kemudian.
"Ya, setuju Pa. Saya juga merasa ada yang tidak beres dengan kondisi Della akhir-akhir ini," jawab Gea dengan serius.
Setelah berdiskusi, Gea dan aku langsung memanggil Della ke ruang khusus. Kami mencoba mengajaknya berbicara dan membuka diri untuk bercerita. Ternyata, Della sedang mengalami masalah keluarga yang cukup besar dan membuatnya terbebani secara psikologis.
Setelah kami mendengarkan keluhannya dan memberikan dukungan yang ia butuhkan, Della menjadi lebih terbuka dan ceria kembali seperti biasanya. Kami juga berusaha membantunya dengan cara memberikan waktu ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan serta memberikan support moral bagi Della.
Tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan mudah, namun dengan sikap yang bijak dan sensitif terhadap permasalahan, kita bisa memberikan solusi yang tepat. Menjadi seorang pengusaha berarti kita juga memiliki tanggung jawab terhadap mental dan emosional karyawan, dengan memberikan perhatian dan membantu mereka. Sebuah investasi sederhana, namun dengan dampak yang besar dalam membangun iklim kerja yang kondusif dan harmonis.
****
"Sebaiknya kita tidak perlu lagi memperkerjakan Della, Pa," kata Gea tiba-tiba pada suatu malam.
Aku pun terkejut dengan pernyataan Gea yang tiba-tiba saja hendak memberhentikan Della yang bekerja di restoran kami. Jika biasanya Della begitu istimewa di mata Gea, tetapi kali ini keputusan Gea tersebut sangat mengejutkanku. "Memangnya ada kesalahan yang sangat fatal yang dilakukan Della, Ma?" tanyaku kemudian.
"Tidak, Pa," jawab Gea.
"Lalu kenapa Mama ingin memberhentikan Della? bukankah Mama sudah mendengar sendiri cerita dari Della jika dia terpaksa harus putus sekolah lalu mencari pekerjaan di kota ini guna membantu ekonomi keluarganya?" Aku bertanya dengan tegas atas pernyataan Gea yang menurutku sangat tidak masuk akal tersebut.
"Bukan begitu maksud aku, Pa," jawab Gea, kemudian merapatkan tubuhnya dan memelukku dari belakang.
"Lalu?" aku melepaskan tangan Gea yang melingkar di pinggangku, kemudian menatapnya serius.
Gea terdiam sejenak. Setelah itu, ia memulai lagi pembicaraannya, "Aku hanya khawatir jika masalah Della bisa membawa dampak buruk untuk restoran kita, Pa. Kamu tahu sendiri, bisnis restoran adalah bisnis yang sangat kompetitif dan setiap kesalahan dapat berdampak besar pada citra restoran."
"Maksud Mama?" tanyaku masih belum begitu mengerti.
"Bayangkan saja, jika ada salah satu pelanggan kita yang secara tidak sengaja melihat Della sedang menangis di belakang dapur. Pastinya citra restoran akan tercoreng dengan buruk," jawab Gea mencoba memberikan contoh.
Aku mengangguk-anggukkan kepala, kemudian memikirkan situasinya. Gea memang benar bahwa citra restoran sangat penting untuk menarik pelanggan. Namun, aku tidak ingin Della yang sudah memiliki masalah cukup berat di luar sana, kehilangan pekerjaannya dan harapan baru yang ia dapatkan di restoran kami.
karyawan lupa mengambil order dari pelanggan = makanan gratis, spertinya solusi yang cukup adil bro
BalasHapus